Rabu, 10 April 2013

Matinya Reich Ketiga

Sekarat dan Matinya Reich Ketiga





LAST PICTURE - Kematian Adolf Hitler menandai berakhirnya Third Reich dalam sejarah Jerman. Foto terakhir Hitler diambil di luar bunker ditempat mana ia membina anggota Hitler Youth. Setelah kematian Hitler, Laksamana Besar Kriegsmarine Karl Donitz menjadi fuhrer untuk beberapa hari.
Dari hati yang paling mendasar, saya menyampaikan terima kasih saya kepada kalian semua, sejelas seperti harapan saya bahwa kalian dalam keadaan apa pun jangan menghentikan perjuangan. Hendaknya kalian teruskan perlawanan terhadap musuh-musuh pertiwi, tak peduli di mana pun…. Dari pengorbanan para prajurit kita serta dari persatuan saya sampai mati dengan kalian, akan memunculkan bibit-bibit yang dengan gemilang akan melahirkan kembali gerakan Sosialis Nasional (Nazi) dalam suatu masyarakat bangsa-bangsa yang sesungguhnya ….”
Itulah antara lain testamen politik Adolf Hitler yang dibuatnya pada 29 April 1945. bertepatan pada hari pernikahannya dengan Eva Braun di dalam bunkernya di Berlin yang sedang digempur Tentara Merah. Sehari menjelang kematiannya itu, Hitler membuat testamenpolitik dan surat wasiat terakhirnya. Testamen itu menu-, duh musuh-musuhnya sebagai penyebab perang. “Adalah tidak benar jika saya atau siapa pun di Jerman menginginkan perang dalam tahun 1939. Perang itu dikehendaki dan diprovokasi oleh para pemimpin negara-negara lain keturunan Yahudi atau yang bekerja bagi kepentingan Yahudi.
Laksamana Besar Kriegsmarine Karl Donitz menjadi fuhrer memeriksa pasukan.
Dalam testamen itu, Hitler juga berbohong dengan menyebutkan bahwa tiga hari sebelum menyerbu Polandia, is telah menawarkan jalan keluar yang baik untuk memecahkan masalah Jerman dengan Polandia. “Tetapi hal itu ditolak karea klik yang berkuasa di Inggris memang menghendaki perang, sebagian dengan alasan komersial, sebagian lainnya akibat terpengaruh propaganda yang dilancarkan organisasi Yahudi internasional …”
Pemimpin Nazi itu juga menyampaikan kehendaknya untuk tetap tinggal di Berlin yang sewaktu-waktu akan jatuh ke tangan pasukan Soviet. “…saya memilih mati secara sukarela pada saat saya yakin bahwa posisi Fuehrer dan gedung kekanseliran tidak mungkin dipertahankan lagi. Saya mati dengan hati gembira karena saya tahu betapa tak ternilainya perjuangan dan capaian petani serta pekerja kita, dan sumbangan unik dari kaum muda kita yang menyandang nama saya….” Ia juga menuding para perwira tentara sebagai tak becus dan menjadi penyebab bencana terpukulnya Jerman dalam perang ini. Hitler lagi-lagi melarang tentaranya mengundurkan diri. “Penyerahan suatu wilayah atau kota adalah terlarang, dan para komandan harus menunjukkan teladan kesetiaan sepenuhnya terhadap tugas sampai mati.”
Pada bagian kedua testamenpolitiknya, Hitler memutuskan untuk memecat Hermann Goering dan Heinrich Himmler karena melakukan pengkhianatan dan perbuatan memalukan. Yaitu berusaha berhubungan secara rahasia dengan musuh tanpa sepengetahuannya serta mencoba merebut kekuasaan.
Ia selanjutnya menunjuk Laksamana Doenitz sebagai penggantinya sesudah mati, sebagai Presiden Reich dan Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata. Sedangkan Dr Josef Goebbels, menteri propaganda, diangkat sebagai Kanselir Reich (PM). Dua jabatan, presiden dan kanselir, tadinya dipegang semuanya oleh Hitler semenjak Presiden Hindenburg meninggal dunia tahun 1934. Kepada Doenitz, ia titip nama orang-orang yang perlu diangkat atau dipertahankan dalam pemerintahan baru. Sedangkan untuk ketua partai, ia mengangkat Martin Bormann yang selama ini menjadi sekjen partai Nazi.
Sempat nikah
Selain membuat testamen politik, Adolf Hitler juga membuat surat wasiat yang didiktekannya kepada sekretarisnya. Dalam wasiatnya, ia menjelaskan mengapa ia menikah dan mengapa bersama istrinya akan bunuh diri bersama. Ia juga berpesan agar kekayaannya yang ada dapat diwariskan kepada sanak keluarganya untuk menunjang kehidupan mereka secara sederhana.
REICHSTAG – Pada detik-detik kehancuran Third Reich, secara perlahan tentara Amerika mulai masuk. Bahkan Tentara Merah sampai hanya beberapa blok dari bunker Hitler. Foto ini diambil Februari 1945 ketika tentara AS baru saja menguasai Julich.
Dalam hal ini, hams diakui Hitler walau kekuasaannya tidak terbatas, namun ia tidak korup untuk memperkaya din. Hal ini berbeda sekali dengan sejumlah pengikutnya yang suka memperkaya diri, seperti Goering. Ia menganggap hartanya adalah milik partai atau negara.
“Sekalipun saya dalam tahun-tahun perjuangan duluyakin tidak dapat memikul tanggung jawab perkawinan, kini menjelang akhir hidup, saya memutuskan menikahiwanita yang telah cukup lama menjadi teman yang sesungguhnya, yang telah datang ke kota ini, dan dengan kemauannya sendiri ingin berbagi dengan nasib saya. Ia akan mati bersama saya atas keinginannya sendiri selaku istri. Hal ini merupakan kompensasi bagi kami berdua atas segala apa yang hilang dari kami selama saya bertugas melayani rakyat saya Adalah keinginan kami berdua agar tubuh kami segera dibakar di tempat saya paling banyak melaksanakan pekeriaan sehari-hari selama 12 tahun pengabdian kepada rakyat saya ….”
Pernikahan Hitler dengan Eva Braun dilaksanakan 29 April di ruang peta dalam bunker, dipimpin seorang pejabat catatan sipil dari balaikota Berlin yang dipanggil khusus ke bunker. Upacara berlangsung singkat, tanpa tanya jawab soal keturunan Arya atau mengenai penyakit keturunan yang mungkin mereka warisi, yang biasanya ditanyakan dalam setiap acara pernikahan Nazi. Dalam upacara ini, Eva Braun mengenakan gaun sutra hitam, sedangkan Hitler memakai seragamnya. Sesudah menandatangani surat nikah, Hitler dan istrinya bergandengan menuju ruang lain untuk menjamu sejumlah tamunya dengan sampanye dan sandwich.
Menjelang sore, masuk laporan ke bunker Hitler mengenai nasib tragis diktator fasis Italia, Mussolini, bersama kekasih gelapnya Clara Petacci. Mereka tertangkap dan ditembak mati kaum partisan Jenazah mereka dipertontonkan kepada publik di kota Milan, dengan cara menggantung secara terbalik. Hitler tentu saja tidak mau jenazahnya diperhinakan dan dijadikan mainan, “khususnya oleh orang Yahudi”. Karena itulah is menghendaki agar tubuhnya segera dimusnahkan begitu telah mengakhiri hidupnya.
Hitler dengan tegas menolak permohonan agar dia meloloskan diri meninggalkan Berlin. Satu-satunya jalan yang tersisa adalah lewat udara. Pilot
pribadinya, Hans Bauer menyatakan siap menerbangkannya, dan bila perlu dengan pesawat pembom Junker terbaru yang mampu menempuh jarak
jauh hingga Timur Tengah.
Tentara Merah ketika menguasai Reichstag.
Wanita pilot Jerman yang paling ulung dan pengagum Hitler, Hanna Reitsch juga telah menyiapkan sebuah pesawat ringan Fieseler Storch di dekat Gerbang Brandenburg Berlin. Di dalam bunker Hitler, Hanna memohon Hitler terbang dengannya ke selatan. Namun Fuehrer menolak. Ia malah memerintahkan Hanna menerbangkan Panglima Luftwaffe yang baru, Marsekal Robert Ritter von Greim yang kakinya terluka parah akibat tembakan dari darat dalam penerbangannya ke Berlin bersama Hanna. Kepada Greim, Hitler memerintahkan untuk menangkap Goering dan Himmler.
Tak lupa Fuehrer memberibekal kepada Hanna dan Greim masing-masing kapsul racun sianida, siapa tahu mereka memerlukannya. Tatkala hari mulai gelap, Hanna dan Greim menerbangkan pesawat kecilnya yang terombang-ambing di atas Berlin. Mereka hanya melihat pusat kota memerah dilalap api serta asap kebakaran di mana-mana.

Bunuh diri
Hari Senin 30 April, pasukan Rusia tinggal satu blok dari gedung kekanseliran dan bunker Hitler. Kondisi semakin gawat. Pertempuran memperebutkan gedung Reichstag berlangsung sengit. Beberapa kali pasukan infanteri Soviet berusaha menyerbu, tetapi setiap kali pula terpukul mundur. Ketika mereka akhirnya berhasil memasuki gedung simbol kekuasaan Nazi itu, untuk merebutnya pun harus melalui pertempuran berdarah-darah dari ruang satu ke ruang lain, dari tingkat satu ke tingkat lainnya. Tank dan meriam dikerahkan mendukung serbuan tersebut.
Pasukan SS dengan kefanatikan bertempurnya terus sehingga baru tersapu habis menjelang tengah malam.
Beberapa menit sebelum hari berganti menjadi 1 Mei, hari sangat penting bagi Soviet Rusia, bendera kemenangan berhasil dikibarkan di atas gedung Reichstag. Namun karena perebutan Reichstag harus dipropagandakan ke dunia sebagai puncak kemenangan Soviet terhadap Nazi, pagi-pagi tatkala matahari mulai menyinari Berlin, dilakukanlah adegan ulang pengibaran bendera kemenangan di atap gedung tersebut, khusus untuk difoto.

Duduk di sebelah kiri Hitler adalah Joseph Goebbels yang awalnya dicurigai oleh Hitler. Namun seperti kebanyakan intelijen lainnya dan orang-orang kuat di kepemimpinan Nazi, ia jatuh pada masa Fuhrer.
Siang 30 April, tatkala pertempuran di Reichstag tengah berkobar hebat, Hitler antap siang hanya ditemani kedua sekertarisnya, Traudl Junge dan Gerda Christian, serta juru masaknya yang mungkin tidak mengetahui bahwa masakan itu adalah santapan terakhir Fuehrer, sang pemimpin. eva Braun yang resmi dinikahi Hitler sehari sebelumnya, tidak beranjak keluar dari kamar. Rupanya ia tidak punya selera makan menjelang saat-saat terakhirnya.
Sementara Erich Kempka, sopir Hitler mendapat perintah mengumpulkan 200 liter bensin dalam jerigen untuk disiapkan di kebun bunker. Di bunker itu Dr Goebbels dan istrinya juga bersiap untuk kematian mereka bersama keenam anaknya. Untuk itu Magda Goebbels telah menyiapkan coklat dicampur finodin, yang akan membuat anak-anaknya tertidur lelap sehingga mereka tidak akan merasa ketika sianida dimasukkan ke mulut mereka.
Seusai santap siang, Hitler masuk ke kamarnya dan kemudian keluar bersama istrinya yang mengenakan gaun kesayangan Hitler berwama hitam dengan hiasan mawar di kiri kanan bagian leher. Mereka berdua melakukan acara perpisahan, dengan menjabat tangan mereka yang berkumpul di depan kamamya. Hitler mengucapkan kata-kata yang tidak jelas, sedangkan Eva Braun tampak tabah. Ketika memeluk Traudl Junge, ia berkata, “Kamu hams berusaha keluar dari sini, mungkin kamu akan berhasil. Sampaikan cintaku kepada Bavaria.” Setelah itu Eva Braun berbalik, mengikuti suaminya kembali masuk ke kamar pribadi mereka. Suasana menjadi senyap, semua menunggu dengan tegang dan kuyu.
Tak lama kemudian, sekitar pukul 15.30 sebuah letusan pistol terdengar dari kamar Hitler. Ketika itu Traudl tengah membuatkan roti untuk makan siang keenam anak Goebbels. Setelah ditunggu sesaat, tidak terdengar suara apa pun lagi. Ajudan Hitler, Mayor Otto Guns che lalu membuka pintu dan masuk ke kamar. Para pejabat Nazi dan petinggi militer lalu mengikuti masuk. Mereka mendapati tubuh Hitler tergeletak di sofa dengan darah membasahi kepalanya yang terkulai pada sandaran tangan sofa, menghadap ke arah lantai. Darahnya menetes ke karpet.
Rupanya ia menembakkan pistol ke dalam mulutnya langsung setelah menelan sianida. Di sebelahnya, jenazah Eva Braun terbujur dalam sikap meringkuk dengan kaki di bawah badannya. Ia memilih menenggak racun sianida daripada menembak dirinya sendiri. Waktu itu adalah hanya 10 hari sesudah Hitler memperingati hari ulang tahunnya ke-56 dan baru 12 tahun tigabulan sejak ia menjadi kanselir dan mendirikan Reich Ketiga yang dicanangkannya akan berumur 1.000 tahun!
Sekarat lalu mati
Seusai Hitler dan istrinya mati dan tubuh mereka dibakar habis di kebun bunker di tengah ledakan peluru meriam Rusia, keberadaan Reich Ketiga hanya tinggal satu minggu. Dalam keadaan Reich sekarat, kanselir baru Dr Goebbels yang belum sempat mengecap kekuasaannya sebagai PM, bunuh diri bersama istrinya. Sebelumnya Magda Goebbels telah “membereskan” keenam anak mereka selagi tak sadar akibat obat tidur yang dicampurkan pada coklat mereka. Suami-istri Goebbels bunuh diri di kebun bunker dengan alasan agar para penjaga tidak perlu repot-repot mengangkat jenazah mereka ke kebun tersebut.

Goering dan Himmler, dua orang yang menurut Hitler sangat mengecewakan dirinya. Hitler pernah memerintahkan Greim untuk menangkap Goering dan Himmler.
Pada 1 Mei, tatkala lidah api masih menjilati mayat kanselir dan istrinya di taman bunker, Radio Hamburg tiba-tiba menghentikan siaran musik yang sedang menampilkan Simfoni Ketujuh ciptaan Bruckner dan menginterupsinya dengan maklumat penting yang didahului bunyi genderang militer, disusul suara penyiar: “Fuehrer kita, Adolf Hitler, yang bertempur sampai naf as terakhir melawan kaum Bolshevik, telah gugur di markas besar operasionalnya di Kekanseliran Reich.
Tanggal 30 April Fuehrer telah menunjuk Laksamana Besar Doenitz sebagai penggantinya  Tanggal 2 Mei, Jenderal Helmuth Weidling yang ditugasi Hitler untuk mempertahankan kota Berlin hingga tetes darah penghabisan, tak berdaya lagi dan hams menyerah kepada Tentara Merah. Dengan penyerahannya itu, ibukota Berlin pun praktis telah jatuh ke tangan pasukan Soviet. Dua hari kemudian, 4 Mei, Marsekal Montgomery menerima penyerahan seluruh pasukan Jerman Nazi di wilayah utara dan barat Jerman, Belanda dan Denmark. Keesokan harinya, 5 Mei, Grup Tentara G Jerman pimpinan Marsekal Kesselring di wilayah utara pegunungan Alpen juga menyusul, melakukan kapitulasi. Usia Reich Ketiga pun tinggal hitungan jari satu tangan.
Pada hari yang sama ketika Kesselring menyerah, Laksamana Hans von Friedeburg, panglima baru AL Jerman tiba di markas besar panglima tertinggi pasukan sekutu Jenderal Eisenhower di Reims. Friedeburg ditugaskan bernegosiasi dengan pimpinan pasukan sekutu, sekaligus untuk memperpanjang waktu dan kesempatan agar sebanyak mungkin pasukan Jerman dan pengungsi dapat melintas ke barat, ke wilayah yang dikuasai Amerika-Inggris untuk melepaskan diri dari cengkeraman Tentara Merah.
Jenderal Alfred Jodl, salah seorang pimpinan staf tertinggi Jerman tanggal 6 juga datang ke Reims untuk bergabung dengan koleganya dari AL. Namun usaha mereka sia-sia, karena Eissenhower mencium maksud pimpinan militer Jerman itu hanyalah untuk mengulur waktu. Ia pun lalu mengancam jika Jerman tidak menyerah saat itu juga, pasukan sekutu akan menutup garis front dan melarang pengungsi masuk ke wilayah yang dikuasainya.
Tanggal 7 Mei dinihari, Doenitz menerima laporan dari Reims. Rupanya tak ada lagi apa pun yang bisa dilakukan oleh pihaknya. Karena itu melalui radio is menginstruksikan dari markasnya yang baru di Flensburg dekat perbatasan Denmark, agar utusan Jerman di Reims menandatangani saja pernyataan takluknya Jerman tanpa syarat.
Subuh hari itu juga, pada pukul 02.41 Friedeburg dan Jodl menandatangani dokumen takluknya Jerman, sedang pihak sekutu diwakili Jenderal Walter Beddel Smith, dengan saksi Jenderal Ivan Susloparov dari Soviet dan Jenderal Francois Sevez dari Prancis. Penyerahan ini esok harinya diulangi lagi dengan pihak Soviet, dan berlaku efektif mulai 9 Mei 1945. Dengan demikian, berakhirlah Perang Dunia II di Eropa (di Pasifik masih berlangsung) dan Reich Ketiga yang telah sekarat itu pun mati!
Hitler dengan Nazi telah membuat Jerman hancur. Selama perang berlangsung, sekitar 2.850.000 orang tentaranya tewas ditambah 500.000 penduduk sipil juga tewas. Dari 19 juta tempat tinggal/rumah penduduk, tak kurang dari 2.750.000 musnah total dan 1.250.000 lainnya rusak berat. Kota-kota di negeri itu mengalami kehancuran, misalnya Hamburg kehilangan 53 persen bangunan, Koln (Cologne) 70 persen, Dortmund 66 persen, Munich (Munchen) 33 persen, Dresden 60 persen dan Berlin 37 persen.
Sekitar 16 juta orang Jerman menjadi pengungsi dari wilayah timur dan sekitar 4,5 juta orang lainnya terlantar di Jerman. Yaitu para eks-tawanan perang berbagai bangsa dan buruh paksa asing. Sarana dan prasarana banyak yang hancur, dan mereka yang selamat dari peperangan harus berjuang mati-matian untuk mempertahankan hidup.
Di bawah kepemimpinan Hitler dengan Reich Ketiga, rakyat Jerman boleh dikata nyaris akan sampai titik bunuh diri secara nasional.

Hiroshima Di Bom

Inilah Pemusnahan Masal Itu


Hari belum lagi siang benar ketika sebuah pesawat terbang B-29 melayang di atas kota Hiroshima tanggal 6 Agrustus 1945 Sampai di atas Ruma sakit shima,pukul 8.15 pagi waktu setempat  pesawat yang terbang pada ketinggian sekitar 10 ribu 7neter itu tiba-tiha “bertelur” lalu -melayang turun dengan cepat. Di ketinggian 580 meter, telur hitam pekat sepanjang 10 kaki dan diameter 28 inci tersebut meledak di atas rumah sakit sekitar 300 meter dari jernbatan Aioi itu.
Sontak keriuhan di rumah sakit Yang hangat digantikan suara mengelegar ledakanya setara 15 ribu ton TNT dan panas yang dipancarkan melewati 1 juta derajat Celcius (C). Jauh lebih tinggi dari suhu maksimum pengeboman konvensional yang “hanya” mencapai 5.0001J C. Sepersejuta detik kemudian, pijaran api menjilat udara. Dan, satu detik berselang, sebuah bola api raksasa berdiameter sekitar 280 m membumbung ke langit.
Tak hanya rumah sakit, seluruh kota Hiroshima seperti lebur. Dalam radius tiga kilometer dari pusat ledakan, tak ada sesuatu yang bisa diselamatkan. Awan panas yang amat sangat disertai ledakan dan radiasi dari Uranium-235 langsung mengantarkan sekitar 100 ribu nyawa menghadap Tuhan, saat itu juga. Sampai akhir 1945, korban ini masih bertambah hingga sekitar 140 ribu jiwa. Sekitar 85 persenbangunan, tumbuhan dan lansekap kota hancur lebur, rata dengan tanah. Lebih dari 95 persennya terbakar dan luluh lantas akibat sapuan gelombang panas yang mencapai Batas stratosfir.
Faktanya, dari semua kehancuran dan kemusnahan itu, 50 persen adalah akibat efek ledakan, 35 persen dari panas yang luar biasa panas, dan 15 persen oleh gelombang radiasi. Ini adalah sebuah pemusnahan massal spontan pertama yang pernah terjadi di muka Bumi.
Gelombang panas
Setelah sedetik ledakan, suhu udara di permukaan tanah di bawah bola api raksasa berdiameter 280 m, setara dengan 5.000c) C. Sampai radius 600 m, suhu masih berkisar 2.000° C. Dengan panas sedemikian tinggi, dalam jarak 1,2 km seseorang akan langsung rusak dan terbakar. Tidak hanya kulit, namun juga jaringan dan seluruh organ tubuhnya. Sedang dalam jarak 3 km, kulit akan terbakar dan meleleh. Jika tidak meninggal seketika, dapat dipastikan akan meninggal dalam beberapa hari.
Tak hanya itu, tekanan udara di seputar pusat ledakan mencapai 35 ton/m2, sedang angin yang dihasilkan mencapai 440 m/detik. Anomali ciptaan manusia ini akan membuat semua bangunan kayu dan tumbuhan dalam radius 2 km lebur. Manusia yang diterjang akan diterbangkan ke angkasa lalu dihempaskan kembali. Ledakan yang ditimhulkan Little Boy menimbulkan kebakaran besar di Hiroshima, berlangsung mulai pukul 10 pagi hingga pukul 3 pagi esok harinya.
Gelombang radaesi
Hanya sampai di situkah penderitaan rakyat Hiroshima? Ternyata tidak. Bahaya lain yang mematikan secara laten terus mengikutinya. Tak hanya mereka yang menjadi saksi hidup, namun juga anakcucunya. Bahaya laten yang disebabkan oleh radiasi zat radioaktif, Uranium-235 yang bersinar amat-sangat terang dan merambat cepat, bercampur dengan udara yang terhisap dalam tubuh.
Radiasi berjalan mengikuti, dari pertama born meledak sampai pasca letusan hingga waktu yang lama. Saat horn meledak, radiasi awal yang jumlah sinarnya sangat luar biasa terang diperkirakan menjadi penyebah tewasnya separuh dari seluruh korban. Terutama yang berjarak 1 km dari hiposenter.
Empat bulan berikutnya, giliran mereka yang terkena radiasi akut akan diregang ajal. Di awali dengan beberapa penyakit akihat radiasi seperti sel-sel dan organ bagian dalam yang rusak dan kacau, rambut akan rontok hingga hilangnya kekebalan tubuh.
Kebakaran yang luar biasa juga menyebabkan lidah api dan angin puyuh yang men uju Barat Laut. Sejurus kemudian
menghasilkan awan radioaktif dan hujan selama 20-30 menit. Airnya berwarna hitam pekat akibat bercampur debu radioaktif. Orang yang bersinggungan dengan air teradiasi tersebut, walau jauh dari hiposenter, juga akan terkena dampak radiasi dalam jangka waktu tiga bulan.
Penyakit radiasi
Dampak lanjutan dari radiasi zat radioaktif adalah timhulnya berbagai jenis penyakit dalam tubuh. Dampak yang sangat mengerikan adalah turunnya radiasi kepada sanak keturunan, orang-orang yang sama sekali tidak mempunyai dosa atas perbuatan orang lain di masa lalu. Bahkan sampai scat ini, setelah enam puluh tahun berlalu, efek radiasi masih berlangsung. Berbagai penyakit menyeramkan yang menjadi laten pembunuh diantaranya adalah keloid, leukimia, tumor ganas (kanker) dan microchepaly.
Keloid, bekas luka di tubuh, pada korban yang berjarak dua kilometer dari hiposenter bisa sebesar 50-60 persen dari seluruh tubuh. Kebanyakan diakibatkan oleh jilatan api atau udara panas. Keloid yang makro tentu saja akan menjadi beban pisikoloit bagi penderitanya. Walau bisa dipulihkan lewat operasi plastik namun dampak psikologis dan emosional akan terus tertanam dalam jiwa korban.
Penyakit leukimia yang ditimbulkan radiasi bom atom mencapai puncaknya pada 7-8 tahun setelah peledakan. Sedihnya, penyakit kanker ganas yang menyerang darah manusia ini lebih banyak menyerang anak-anak hingga remaja. Kanker juga menyerang tenggorokan, dada, paru-paru serta kelenjar ludah. Penyakit-penyakit ini Baru terungkap pada tahun 1960-an. Jarak korban dengan hiposenter dan banyaknya radiasi yang menghantam mempengaruhi keganasan penyakit tersebut. Dalarn penelitian oleh REEF (Radiation Effects Research Foundation) dalam rentang 1950 1990, jumlah korban meninggal leukimia adalah 176 orang. Sementara akihat kanker lainnya mencapai 4.687 orang.
Radiasi juga menghantam janin. dari ibu yang terkena radiasi makro, bisa dipastikan mati di dalam kandungan atau tak lama setelah dilahirkan. Jikalau masih hidup, microchepalus sudah menunggunya. Penyakit ini membuat tengkorak mengecil sehingga otak tak bisa berkembang. Akibatnya penderita akan mengalami keterbelakangan mental.
Di Nagasaki, yang juga bernasib sama, kondisi sama-sama memilukan. Walaupun Kornan tercatat lebih sedikit, sekitar 70 ribu jiwa melayang, namun sepertiga kota pelabuhan tersehut hancur lebur.
Satu hal yang sedikit menggembirakan, dari penelitian REEF, sampai saat ini tanah dan lingkungan Hiroshima tidak teradiasi Uranium. Begitu pula Nagasaki tidak terdektsi Plutonium. Ledakan bom yang  antara 500-600 m di atas permukaan tanah menyebabkan sebagian besar unsur reaksi menyebar luas ke angkasa dan tidak terkonsentrasi di satu titik.
smpai sekarang, Hiroshima dan nagasaki masih dikategorikan sebagai daerah yang layak huni, bahkan terlihat subur dan berkembang pesat. Namun, tetap tak ada wajah yang tersenyum bila mengingat mengerikan itu.

Perang Yom Kippur

Laboratorim Maut


“lni hampir menyerupai sebuah mesin yang bergerak terus-menerus. Kita semua mengakui bahwa perlombaan senjata merupakan sebuah bencana, dan kita pun semua mengakui bahwa akhirnya akan timbal suatu konflik yang kurang lebih akan menghancurkan dunia beradab seperti yang kita kenal ini. Ada pun problem lama adalah, siapakah yang akan mengambil langkah pertama untuk sungguh-sungguh mundur?” (Sammuel Cummings, April 1967, mengutip Anthony Sampson dalam The Arms Bazzar, 1977)
Konvoi Tank Perang Enam Hari
Konvoi Tank Perang Enam Hari
Pernyataan itu disampaikan Samuel Cummings, mantan agen CIA yang kemudian menjadi broker senjata, dalam sebuah sidang di Komisi Hubungan Luar Negeri Senat (Subkomite Timur Tengah dan Asia Selatan) AS, pads 13 April 1967. Disimak dari tanggal pernyataan ini diungkapkan, diketahui bahwa Cummings menyampai¬kannya sekitar dua bulan sebelum Perang Enam Hari meletus. Cummings diminta menjadi saksi dalam sebuah kasus penjualan senjata buatan AS di Timur Tengah berkaitan dengan Perang Enam Hari. Cummings sendiri adalah salah seorang dari sekian broker senjata yang banyak terlibat dalam penjualan senjata ringan di Afrika, Amerika Latin, dan Timur Jauh.

Pesawat Pembom pada saat Perang enam hari
Pesawat Pembom pada saat Perang enam hari
Seperti apa persisnya kasus tersebut tak penting dibicarakan di sini. Tetapi hal apa yang bisa kita tangkap dari sekutip pemyataan itu, agaknya menarik untuk disimak? Dari pernyataan tersebut, pertama, yang menarik perhatian tentunya adalah adanya keterlibatan orang pemerintahan dari sejumlah negara berpengaruh dalam perang yang berlangsung pads 5-10 Juni 1967 itu. Kedua, adalah tentang adanya upaya kuat dari sejumlah pabrik senjata berikut broker-brokernya untuk mencari dollar di tengah pertikaian yang akan berlangsung. Dan, ketiga adalah tentang adanya kemungkinan konflik kepentingan dalam diri para pemimpin negara-negara yang terlibat dalam peperangan.
Para politisi boleh saja mengatakan bahwa perang adalah kelanjutan dari diplomasi yang terputus. Tetapi bagi mereka pemerintah dari negara pemasok senjata, para pemilik industri persenjataan, broker senjata, dan para pejabat (di negeri yang bertikai) yang “bermuka dua” perang justru ibarat meja taruhan tempat me¬ngeruk untung dan tempat untuk menggelembungkan pundit-pundi pribadi. Mereka akan menangguk untung besar manakala negara yang dipasoknya meraih kemenangan. Ketika label battle proven terpatri pada persenjataan yang mereka pasok atau gunakan, persenjataan ini pun akan menjadi incaran banyak pembeli dan menjadi amat laku.
Meski kehancuran yang terjadi amat memprihatinkan, Timur Tengah toh telah menjadi pasar senjata yang amat menggiurkan. Tahu berapa uang yang mengalir bersamaan dengan gemeretak gigi yang mewarnai peperangan di sang? Sekadar info saja, pada tahun-tahun berikutnya setelah Perang Enam Hari selesai telah terjadi transaksi senjata hingga 200 juta dollar AS per tahun. Bandingkan dengan awal-awal tahun 1950-an yang hanya mencapai 50 juta dollar setahun. Kalau pun persenjataan itu terbukti tak handal, para pemasok tak kuatir menanggung rugi. Maklum, menang-kalah, mereka akan tetap dibayar dengan jaminan minyak yang terkadung dalam jumlah amat besar di bawah tanah Timur Tengah.
Pesawat tempur siap membom pada saat perang enam hari
Pesawat tempur siap membom pada saat perang enam hari
Di Timur Tengah setidaknya telah bermain industri dan broker senjata dari enam negara kuat: Uni Soviet (yang memasok persenjataan untuk Mesir, Suriah, Yordania, dan Irak), Inggris dan Perancis (untuk Israel), AS (untuk Israel, selanjutnya setelah perang: Mesir, Yordania, Maroko, Arab Saudi, Mesir, dan sejumlah negara teluk lainnya), Spanyol (ke Mesir), serta Belgia (ke dua belah pihak yang bertikai). Mereka memasok mulai dari senapan ringan, artileri berat, tank, sampai pesawat tempur. Mulai dari senjata yang sudah rongsokan sampai senjata yang belum teruji dalam pertempuran.
Sam Cummings tahu benar betapa culas dan seramnya pets perdagangan senjata di Timur Tengah, baik menjelang maupun sesudah Perang Enam Hari. la telah “mendedikasikan” hidupnya sebagai broker senjata di wilayah “terpanas” di dunia ini sejak usia 26 tahun atau antara 1953 hingga meninggal pada April 1998. Perusahaannya bernama International Armament Corporation atau biasa di¬singkat Interarms. Semangatnya untuk menjadi penjual senjata “professional” bangkit setelah ia berhasil menjuarsurplus senjata yang tertinggal dalam Perang Dunia II di Eropa kepada negara-negara di Afrika Amerika Latin, dan Timur Jauh yang sedang berupaya untuk merdeka. Dari penjualan ini ia kagum bisa mendapatkan dengan amat mudah kountungan sebesar satu juta dollar!
Antara 1953 sampai 1968, ia pun mem¬borong habis 4,5 juta unit senapan/pistol dan 500 juta amunisi dari stok Eropa. Dari situ uang sebesar 80 juta dollar mengalir deras ke pundi-pundinya tiap tahun. Jika semasa berkantor di CIA ia biasa berteman dengan para pejabat berjas rapi, selanjutnya di negara-negara dunia ketiga itu ia kian bergaul eras dengan para diktator bermuka garang.
Baginya, inilah sisi lain dari kehidupan. Dunia tak selamanya putih dan dunia pun tak akan selamanya diliputi perdamaian. Orang-orang seperti Cummings selalu diuntungkan dengan kata-kata kiasan: “Untuk damai siap-siaplah berperang!”. Dan, para broker senjata tabu benar bagaimana menjalankan profesi hitamnya di negara-negara yang biasa berperang. Betapa pun out of law, mereka selalu yakin aman menjolankan bisnis karena undang¬undang di negara-negara seperti itu hanya dipahami oleh sejumlah orang yang bisa dibayar.
Suka tak suka, negara-negara inilah yang sesungguhnya menghidupkan perputaran roda industri senjata dunia. Negara-negara ini pulalah yang sesungguhnya membuat Uni Soviet, AS, Inggris, Perancis bisa semakin maju dan kaya. Sementara senjata dirancang kian canggih, negara-negara inilah yang telah menjadi laboratorium maut yang memuaskan obsesi para perancang dan pabrik pembuatnya. Dalam edisi koleksi kali ini, misalnya, bisa kita simak bersama betapa Dassault-Perancis tersenyum bahagia mendapati jet tempur Mirage III buatannya kian sempuma setelah menjalani uji coba sungguhan bertempur melawan MiG-21 di langit Timur Tengah.
Di negara-negara seperti itu malah tak hanya tentara yang menguji coba senjata. setelah Perang Enam Hari usai dan perang-perang berikutnya berletupan, maka penduduk sipil akan menjadi tenaga laboran yang alamiah. Pengakuan Anthony Sampson yang pernah mengunjungi di Beirut, Lebanon, pada 1970-an bolehlah menjadi gambaran. Di sana, kata kolumnis ini, ribuan penduduk sipil biasa menenteng¬nenteng dan memberondongkan M-16, senapan mesin lain, bazoka, dan mortar dengan bebasnya. Dalam berbagai ukuran dan jenis, senjata rupanya merupakan komoditi paling laris. Benar-benar tak bisa dibedakan lagi, mana tentara, mana milisi, dan mana penduduk biasa.
Rentetan perang rupanya lambat laun akan mengubah format penduduk di sebuah negara dari yang semula antipati menjadi simpati terhadap bends-bends maut itu. Di Beirut dan kota-kota di Timur Tengah lainnya, suara desingan peluru selanjutnya tidak lagi bikin ciut. suara desingan peluru dan ban mesin telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Sekah saja keduanya tak muncul, boleh jadi kehidupan di hari itu menjadi terasa sepi dan hening. Apa yang harus kita katakan tentang kota-kota atau negara-negara yang telah berubah menjadi laboratorium maut seperti ini? Bencana, hancurnya sebuah peradaban, atau realita yang lumrah saja?

Sabtu, 06 April 2013

Makna Perang Yom Kippur

Makna Perang Yom Kippur


“Only the dead have seen the end of war.” (Plato)
Ilustrasi pesawat tempur pada Perang Yom Kippur
Ilustrasi pesawat tempur pada Perang Yom Kippur
Tentang peperangan yang telah mewarnai sejarah dunia dan peradaban manusia di berbagai negara, termasuk Perang Yom Kippur, Chris Hedges – seorang jurnalis as untuk harian The New York Times, pernah mengungkap sebuah pandangan pribadi yang cukup menarik untuk disimak. Katanya, “It (war) can gives us lurpose, meaning, and reason for living.”
Perang yang untuk kebanyakan orang hanya menciptakan kehancuran dan pembunuhan. Lantas ape maksud dari kata¬kata Hedges itu?
Kata-kata yang dimuat dalam buku karya Hedges yang berjudul War Is a Force That Gives Us Meaning (2002) itu yang pasti tak sembarang dirangkai. Kata-kata itu muncul setelah is melihat dan menyimak kerasnya perjuangan hidup dalam peperangan di Serbia, Bosnia, Teluk, Timur Tengah, Amerika Latin, dan sejumlah negara di Afrika Selatan. Sebuah penjelajahan sekaligus petualangan yang kemudian membuahkan padanya penghargaan Pulitzer Prize for Explanatory Reporting (2002 ) dan Amnensty International Global Award for Human Rights Jurnalism ,2002).


Setelah mengikuti kisah Perang Enam Hari (1967) dan kini Perang Yom Kippur 1973) lewat Edisi Koleksi Angkasa, kite boleh jadi bisa memahami makna dari kata-kata Chris Hedges itu. Bahwa, rakyat Israel, Mesir, Suriah, dan negara-negara Arab lainnya yang telah puluhan tahun terlibat dalam pertikaian tampaknya memang telah beroleh pengertian akan guna, arti, dan alasan hidup mereka. Betapa pun perang hanya menciptakan kerusakan dan pembunuhan.
Satuan Tank pada perang Yom Kippur
Satuan Tank pada perang Yom Kippur
Perang Yom Kippur sendiri bisa dibilang titik kulminasi dari upaya keras mereka dalam mempertentangkan keyakinan atas jati diridan wilayah yang mereka tempati. Bangsa-bangsa Arab yakin bahwa merekalah pemilik yang sah dari tanah yang kini diduduki Israel. sementara orang¬orang Yahudi di Israel juga yakin bahwa merekalah pewaris yang sebenarnya dari wilayah di sebelah barat Sungai Yordan itu.
Perang Yom Kippur adalah puncak dari serangkaian perang dan pertikaian yang telah dimulai sejak tahun 1920-an. Sebelum itu mereka sudah bertempur dalam Perang Enam Hari pada 1967, War of Attrition pada 1970, Perang di Sinai pada 1956, dan perang di sekitar proklamasi Israel antara 1947 dan 1949. Rangkaian perang inilah yang kemudian lazim disebut Perang Arab-Israel.
Pertikaian berawal dari kebimbangan pemerintah Inggris dalam membagi wilayah Palestine yang dihibahkan Kekaisaran Ottoman, Turki. Alih-alih demi pembagian yang adil, pada 1923 Inggris menyerahkan 75% dari wilayah itu kepada warga Arab Palestina, sementara sisanya untuk bangsa Yahudi yang telah jauh hen melobi perdana menteri Inggris di London. Arab Palestine beroleh wilayah di sebelah timur Sungai Yordan, sementara orang¬orang Yahudi mendapat wilayah yang terhampar di sebelah barat Sungai Yordan. Pembagian seperti ini ternyata tak memuaskan orang-orang Arab. Mereka berpendirian, seluruh wilayah adalah milik mereka dan orang-orang Yahudi tak berhak atau secuilpun wilayah tersebut.
Berdirinya negara Israel yang diproklamasikan pare imigran Yahudi di wilayah sebelah barat Sungai Yordan tak ayal berbuntut pertikaian. Apalagi karena di wilayah yang same juga mukim sekelompok orang-orang Arab Palestine. Permasalahan inilah yang kemudian memicu Perang Arab Israel dan melahirkan Organisasi Pembebasan Palestine (PLO) beserta seluruh organisasi perlawanannya.
Perang menjadi berkepanjangan karena pada kenyataannya mcnghadapi Israel tak semudah membalik telapak tangan. Meski Lebanon, Suriah, Yordania, Mesir, dan Irak secara geografis telah mengepung negeri kecil ini, toh diperlukan kekuatan besar untuk menaklukkannya. Perang demi perang pun ikut memaksa masyarakat yang tinggal di wilayah pertikaian menyusaikan diri serta memahami setiap kegetiran yang mewarnainya.
Meski perang hanya menciptakan kehancuran, tetapi perang telah menyodorkan mereka harapan untuk merengkuh hidup yang lebih baik. Meski perang telah membunuh saudara-saudara mereka, tetapi perang telah mengobarkan semangat untuk beroleh kemenangan yang dahsyat. Meski perang telah mencerai¬beraikan mereka, tetapi perang juga telah mempererat kebersamaan di antara mereka.
Demikianlah di antara desing peluru yang tak berkesudahan, ironisnya perang telah memberikan mereka manfaat, arti, dan alasan untuk hidup itu sendiri. Untuk kite yang hidup di negara-negara yen dari peperangan, perjalanan hidup s ini memang tidak lazim. Tetapi bagi masyarakat di negara-negara yang kerap dilanda peperangan, hanya perjalanan seperti itulah yang diyakini bisa mengantar kearah standar hidup yang lebih baik dan berarti.
“Tragically, war is sometimes the most powerfull way in human society to achieve meaning…,” tulis Chris Hedges miris.
Demikianlah, bisa dimengerti  mengapa hati orang-orang Arab lain remuk-redam tatkala mendapati Anwar Sadat, selaku arsitek Perang Yom Kippur, justru memilih jalan damai dengan Israel. Perang Yom Kippur boleh jadi telah menjadi titik kulminasi dari rangkaian Perang Arab Israel. Tetapi perdamaian Mesir-Israel sepertinya bukanlah akhir atau solusi dari berbagai persoalan yang mendasari rangkaian peperangan yang amat melelahkan itu.
Untuk itu, benar ape yang dikatakan Plato. “Only the dead have seen the end of war.” Hanya orang matilah yang dapat merasakan akhir dari peperangan…

Buyarnya Impian Kedamaian di Timur Tengah

Buyarnya Impian Kedamaian di Timur Tengah


War of Attrition

Ilustrasi Pasukan Mesir menyerang menyebrang terusan Suez
Ilustrasi Pasukan Mesir menyerang menyebrang terusan Suez
Takala Perang Enam Hari berakhri pada 10 Juni 1967, maka Israel sebagai pemenang mengusai wilayah yang luasnya empat kali dari luas wilahnya. Pamor dan posisinya melonjak, sementara Negara-negara Arab harus menanggung akibat sebagi pihak yang kalah. Sudah kehilangan wilayah, merekea pun harus menanggung malu serta terkuras kekuatan militer maupun ekonominya. Dari posisi tawarnya yang kini jauh lebih kuat, Israel beranggapan dan bahkan yakin, bahwa akhirnya dia akan memperoleh kedamaian. Karena berangkat dari kekuatannay itu, Tel Aviv percaya akan mampu menekan Negara-negara Arab dalam perundingan perdamian. Israel pun sudah bermimpi bahwa kekerasan dan perang-perang yang selalu mewarnai sejarahnya, segera akan berakhir.

Namun apa hendak dikata, hanya tiga minggu setelah perang 5-10 Juni ’67 itu usai, ternyata pecah insiden serius di terusan Suez, Qanat As-Suways. Tembakan pertama dilepaskan pada 1 Juli ketika sepasukan Mesir menyerang patroli Israel di tepian kanal tersebut. Ini adalah awal dari apa yang akan dikenal sebagai The War of Attrition, peperangan berlama¬lama yang bertujuan saling menguras kekuatan dan nyali musuh. Hal inilah yang bakal membuyarkan impian Israel, karena perang ternyata berlangsung terus-menerus hingga tercapainya gencatan senjata pada Agustus 1970, untuk kemudian disusul dengan perang besar Yom Kippur tahun 1973.
Ilustrasi Pasukan Mesir menyebrang terusan suez
Ilustrasi Pasukan Mesir menyebrang terusan suez
Setelah Perang Enam Hari berakhir, maka posisi pasukan Mesir yang terusir dari Semenanjung Sinai kini bertahan di sepanjang Terusan Suez di tepian baratnya, sedangkan Israel menempatkan pasukannya di tepian timur Suez. Mereka saling berhadapan, hanya dibatasi oleh ialan air sepanjang 168 km yang ditutup sejak Perang Enam Hari. Sesudah insiden 1 Juli, Israel menyatakan garis gencatan senjata antara kedua pihak ditarik di tengah-tengah kanal tersebut. Untuk menguji apakah Mesir menyepakati rumusan itu, maka Israel pada 14 juli mencoba menurunkan perahu-perahu AL di tepian kanal yang dikuasainya di dekat Kantara. (Lebih jauh tertang Perang Enam Hari, baca Edisi Angkasa Six Day War: Kisah PerangEnamHari, terbit Septernber2007).
Tetapi yang terjadi, Mesir menganggap itu sebagai provokasi dan menembakinya, yang langsung berkembang menjadi pertempuran hebat melibatkan artileri dan Pesawat terbang pun dilibatkan dalam pertempuran udara yang seru di atas Suez. Beberapa pesawat MiG-17 Mesir tertembak jatuh. Sejumlah Israel pun tewas dan terluka dalam pertempuran ini. Sejak saat itu Israel tidak coba-coba melibatkan kapal AL-nya di perairan tersebut.
Menariknya, pada masa-masa tenang maka suasananya di seberang terusan tersebut seolah-seolah tidak terjadi apa-apa. Para prajurit kedua belah pihak bersantai di posisi masing-masing, berjemur atau memancing ikan. Bahkan tak jarang saling melambaikan tangan atau saling meledek dan bercanda sepertinya tidak bermusuhan. Sekalipun demikian, dari Kairo maupun Tel Aviv tetap tidak ada tanda-tanda untuk duduk bersama di meja perundingan. Harapan Israel bahwa kemenangannya dalam Perang Enam Hari segera disusul perdamaian pun semakin meredup.

Politik Nasser

EMPAT TIDAK-Meski kalah Perang Enam Hari, negara-negara Arab tetap keras dan teguh memusuhi Israel. Dalam sidang di Khartoum mereka menghasilkan resolusi "Tiga Tidak". Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser kemudian menambahinya dengan "Satu Tidak" dalam memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina
EMPAT TIDAK-Meski kalah Perang Enam Hari, negara-negara Arab tetap keras dan teguh memusuhi Israel. Dalam sidang di Khartoum mereka menghasilkan resolusi "Tiga Tidak". Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser kemudian menambahinya dengan "Satu Tidak" dalam memperjuangkan hak-hak rak
Berlawanan dengan harapan Israel, meskipun mereka kalah dalam Perang Enam Hari, negara-negara Arab ternyata tetap keras dan teguh sikapnya dalam menolak serta memusuhi negara Yahudi tersebut. Bahkan mereka pada 1 September menyelenggarakan pertemuan puncak di ibukota Sudan, Khartoum, guna menggariskan sikap dan aksi bersama pasta Perang Enam Hari. Mereka menghasilkan resolusi “tiga tidak”, yang meliputi : tidak akan ada pengakuan terhadap, Israel, tidak akan ada perundingan dengan Israel, dan tidak akan ada perdamaian dengan Israel.
Dengan resolusi Khartoum tersebut, baik Israel maupun negara-negara Arab tidak berharap untuk tercapainya kesepakatan damai. Masing-masing lalu menyiapkan diri untuk konfrontasi besar selanjutnya. Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser kemudian di Kairo menambahkan “satu tidak” lagi, yaitu dalam memperjuangkan hak-hak yang sah dari rakyat Palestina, tidak akan ada konsesi apa pun bagi Israel. la menegaskan, semua hak rakyat Palestine maupun milik Arab lainnya yang telah diambil paksa oleh Israel dengan kekuatan, hanya akan dapat dipulihkan melalui kekuatan pule. Tidak lebih dan tidak kurang. Nasser tidak berhenti pada pidato atau sekadar main retorika saja, namun berpikir dan bertindak dengan nyata. Sebagai pemimpin yang barn kalah perang, ia tentu berusaha mengembalikan kepercayaan rakyat Mesir dan dunia Arab selekasnya. Karena itu ia pun merumuskan kebijaksanaan kemiliteran Mesir, yang dibaginya menjadi tiga tahap untuk menekuk Israel.
Tahap pertama ia sebut sebagai “Rehabilitasi Pertahanan”, yang selanjutnya setelah tahap ini berhasil dicapai, maka menyusul tahapan “Pertahanan Ofensif”, dan terakhir adalah tahap “Pembebasan”.
Ia menyatakan, jika keadaan di sepanjang Terusan Suez saat itu tenang-tenang tanpa insiden, maka ini sifatnya hanyalah sementara saja. Karena begitu kondisinya baik dan tepat bagi Mesir, maka permusuhan pun akan diletupkan kembali. Kondisi tersebut terjadi pada bulan September itu juga, ketika Mesir menembaki kapal-kapal Israel yang hilir mudik di perairan yang dianggapnya sebagai wilayah kekuasaannya.
Insiden ini diduga dipicu oleh resolusi Khartoum serta keinginan Presiden Nasser untuk membuktikan bahwa ia besar-besar berpegang pada garis politik tersebut. Insiden ini pun dengan cepat meluas. Duel artileri yang seru pecah di sepanjang Terusan Suez sehingga kota-kota seperti Suez dan Ismailia tidak lupus dari sasaran meriam Israel. Akibatnya penduduk sipil banyak yang mengungsi.

PLO semakin aktif

Pupusnya impian Israel untuk mendapatkan anggukan damai dari negara¬negara Arab juga terasa di daerah tepi barat . . . . .

Georgy Konstantinovich Zhukov

Georgy Konstantinovich Zhukov


Hero of Soviet Union
Menyebut daftar komandan perang terbesar sepanjang masa tentu kita tidak akan melupakan name Georgy Konstantinovich Zhukov. Pria yang hidup antara 1896 hingga1974 ini populer dalam PD II.
PENGHARGAAN - Lahir dari keluarga petani miskin dengan latar belakang kehidupan pahit yang dijalaninya, menjadikan Zhukov sosok yang tangguh dan tidak gampang menyerah. Zhukov memperoleh berbagai penghargaan dari pemerintah Soviet sebagai Hero of Soviet Union bahkan melebihi Pemimpin Soviet Me itu. Zhukov juga dikenal sebagai ahli perang tank Soviet
PENGHARGAAN - Lahir dari keluarga petani miskin dengan latar belakang kehidupan pahit yang dijalaninya, menjadikan Zhukov sosok yang tangguh dan tidak gampang menyerah. Zhukov memperoleh berbagai penghargaan dari pemerintah Soviet sebagai Hero of Soviet Union bahkan melebihi Pemimpin Soviet Me itu. Zhukov juga dikenal sebagai ahli perang tank Soviet
Zhukov masuk dinas militer Tentara Kerajaan Rusia melalui dinas wajib militer di Divisi Kavaleri pada usia 19 tahun. Saat itu tahun 1915 dan dunia tengah masuk dalam kancah PD I. Dalam perang ini Zhukov mendapat dua kali penghargaan Salib Santo George dan dipromosikan pada jabatan opsir nonkomisioner berkat keberaniannya di medan perang.
Antara tahun 1920-1930, Zhukov melaksanakan penugasan militer sebagai wakil Soviet dalam pengawasan perang sipil di negeri itu. la menjadi komandan reimen tahun 1923 dan meningkat lagi dengan menjadi komandan brigade di tahun 1930. Ketertarikannya dalam strategi perang khususnya menyangkut pertem­puran tank (armoured warfare) mendo­rongnya untuk terns memperdalam ilmu dan menjadikannya seorang komandan
Ketika peristiwa Great Purge atau pembantaian besar-besaran di kalangan Tentara Merah (Red Army) tahun 1938-1939, Zhu­kov selamat. Ia bahkan kemudian mendapat kepercayaan menjadi komandan pasukan Soviet-Mongolia pertama. Pasukannya bertempur melawan Tentara Kwantung, Jepang di perbatasan Mongolia dengan yang dikuasai negeri sakura. Pasukan yang harus dihadapi Zhukov tidak main-main karena Jepang mengerahkan 80.000 prajurit berikut 180 kendaraan lapis baja dan 450 pesawat tempur.

Meski demikian, dengan taktik penye­rangan pasukan tank dibantu infanteri dan artileri, Zhukov berhasil merontokkan moral pasukan Jepang hanya dalam waktu seminggu. Untuk mengimbangi kekuatan Jepang, Zhukov meminta tambahan pasukan. Kemudian is memerintahkan penyerangan secara frontal dan mengapit musuh dari duasisi. Langkah yang dilakukan Zhukov terbilang langkah yang sangat berani dan berisiko. Namun, karena itu pula sebenarnya Zhukov berhasil meraih kemenangan puncak dalam Per­tempuran Halhin Gol.
Berkat kemenangannya melawan Jepang, Zhukov mendapat penghargaan medali dan dinyatakan sebagai pahlawan Soviet. Meski demikian, prestasi Zhukov tidak terlalu menggaung di kancah dunia karena pada saat bersamaan PD 11 mulai pecah. Tahun 1940 Zhukov mendapat promosi lagi dan memperoleh pangkat jenderal. Zhukov menjadi Kepala Staff jenderal Tentara Merah pada januari hingga Juli 1941.
Sebagaimana disebut di muka, nama Zhukov harum dalam palagan PD II. Ini dimulai ketika pasukan Nazi jerman melakukan serangan besar-besaran ke, So­viet. Memang agak kontroversial juga karena secara karir Zhukov dicopot dari jabatan tertingginya pada saat kepala pemerintahan dipegang oleh Stalin. la kemudian dikirim ke Distrik Militer Pemberontakan rakyat yang dipicu oleh kelompok non-komunis atau disebut Kaum Rusia Putih yang melahirkan Perang Saudara di Rusia antara 1918-1920 juga menjadikan Zhukov sebagai salah satu pahlawan perang yang cemerlang. Dalam perang tersebut is mendapatkan penghar­gaan Order of the Battle Red Banner.

Erwin Rommmel

Erwin Rommmel


Momok Bagi AS dan Inggris
Selama PD II Jerman memang banyak memiliki panglima perang berkualitas jempolon. Salah satunya adalah adalah Erwin Rommel.  Kehebatan taktik perang pria asli Jerman ini membuat Jenderal yang disegani baik oleh Inggris maupun AS.
AFRIKA - Nama Rommel berkibar di medan tempur padang pasir di front Afrika Utara
AFRIKA - Nama Rommel berkibar di medan tempur padang pasir di front Afrika Utara
Lahir di Heidenheim, sekitar Ulm Jerman, Erwin Rommel bukan keturunan militer. Ia berasal dari rakyat sipil kalangan menengah. Perjalanan militernya dimulai saat Rommel mendaftar sebagai kadet pada sekolah infanteri di Danzig (Danzig Infan School) pada tahun 1910.
Dua tahun kemudian Ia ditempatkan dalam unit operasional dengan pangkat letnan. Seperti umumnya perwira-perwira muda jaman itu, Letnan Erwin Rommel juga ikut terlibat dalam PD I. Antara tahun is ditempatkan di Perancis dan dianugerahi medali Iron Cross kelas satu. Prestasi yang lumayan menyolok justru diperlihatkan menjelang akhir PD I di Italia. Kala itu la berhasil memimpin kompinya merebut posisi yang diduduki musuh dan menawan personel plus 80 pucuk beragam persenjataan. Atas keberaniannya pemerintah Jerman kembali memberi bintang jasa yaitu Sebuah penghargaan tertinggi

Masa damai antara PD I dan PD II di­gunakan Rommel untuk menulis buku tentang taktik pertempuran inf anteri. Buku ini diberi judul Infanterie Greift (Infantry Attack). Buku tersebut menarik perhatian Adolf Hitler yang mulai muncul sebagai penguasa barn Jerman dengan partai Nazi­nya. Lantaran dianggap cukup berbakat, sang Fuhrer kemudian merekrut Erwin Rommel sebagai komandan pengawal pribadinya. Posisi tadi tetap dipegang hing­ga Jerman rampung menggelar invasi ke Polandia, Kesuksesan operasi ke Polandia rupa­nya menarik hati Rommel untuk kembali ke medan tempur. la langsung meminta Hitler untuk menempatkan dirinya ke he­satuan operasional.
Ketika Jerman me­lancarkan serbuan ke Perancis (Mei 1940), Erwin Rommel resmi mengepalai Divisi Lapis baja ke-Tujuh (7 Panzer Division). Prestasi besar langsung ditunjukkan dalam penugasan pertama ini. Divisi yang dipim­pinnya ikut ambil bagian dalam serbuan melalui Sungai Meuse. Pasukan Rommel menerobos hutan di kawasan Ardennes, dan akhirnya memotong kekuatan pasukan Inggris-Perancis di Selatan dan Utara sampai ke Somme. Dalam serbuan ini Rom­mel berhasil menawan 100.000 prajurit lawan plus 450 unit tank. Sementara ia sendiri menderita kerugian 2.500 prajurit gugur dan 42 tank hancur.

Gurun Pasir

Kaca mata anti-debu plus teropong jadi ciri khas Rommel saat bertugas di Afrika. Kelengkapan tadi sekaligus menandakan Ia selalu berada di garis depan memimpin langsung gerak maju pasukannya. Lambang Afrika Korps (DAK)
Kaca mata anti-debu plus teropong jadi ciri khas Rommel saat bertugas di Afrika. Kelengkapan tadi sekaligus menandakan Ia selalu berada di garis depan memimpin langsung gerak maju pasukannya. Lambang Afrika Korps (DAK)
Rampung di Eropa, Hitler memu­tuskan menggeser Rommel ke Afrika Utara. Di sini ia ditugaskan mendukung pasukan Italia yang telah terdesak oleh Inggris. Di bawah benders Afrika Korps DAK, Rommel bertempur cuma dengan modal dua divisi. Toh kekuatan pas-pasann ia mampu memukul balik Inggris dalam tempo 30 hari. Bahkan lebih jauh lagi sanggup mengepung ke­kuatan lawan di sekitar Tobruk yang ter­letak 160 km di belakang garis pertem­puran
Tarik-ulur kekuatan antara Inggris yang kemudian belakangan dibantu AS pun terjadi. Begitu cerdik Rommel di la­pangan, sampai-sampai Inggris mesti rela mengganti panglima. perangnya di front Afrika (Montgomery). Kiprah Rommel di Afrika berakhir Maret 1943 tatkala ia jatuh sakit setelah berhasil menyudutkan pa­sukan Montgomery di sekitar Medenine. Kondisi ini membuatnya mesti pulang ke Jerman.
Begitu sembuh Hitler langsung mem­berinya tugas sebagai komandan grup B AD Jerman (Army Group B). Jabatan ini berada di bawah otoritas salah satu jenderal besar Nazi, Von Rundstedt. Tanggung jawab Rom­mel adalah mengurus pertahanan di wilayah Perancis dalam menghadapi kemungkinan serbuan sekutu. Pada intinya Rommel diserahi tugas mengurus sistem pertahanan Nazi yang diberi label Atlantic Wall. Pada akhirnya Sekutu memang berhasil menggelar pendaratan di Pantai Norman­din, Perancis, 6 Juni 1944. Enam minggu setelah pendaratan, 17 Juli 1944, tanpa disangka kendaraan yang ditumpangi Rommel mendapat serangan dari pesawat pemburu sekutu. Akibat serangan itu ia terluka cukup parah.
Ironisnya, dalam kondisi masih dalam taraf penyembuhan, Hitler malah menuduh Rommel terlibat dalam persekongkolan pembunuhan Hitler. Sang Fuhrer pun pada akhirnya menjatuhkan dua pilihan hukuman beret. Pertama, bunuh diri dan kedua, dipermalukan di depan publik. Rommel memilih jalan pertama. Tubuh jagoan perang ini terbujur kaku setelah racun sianida menjalar ke seluruh organnya. Sebagai imbalan, Hitler menobatkan Rommel sebagai pahlawan dan mendapat upacara penguburan seperti layaknya seorang pahlawan. Secara aktif sebenarnya Erwin Rommel tak pernah terlibat langsung dengan persekongkolan itu. Tapi ia memang sempat mendengar bakal terjadi upaya pembunuhan terhadap Hitler dan info itu tak pernah disampaikan ke Sang Fuhrer.

Reaksi Cepat

Reaksi Cepat
Reaksi Cepat
Rommel bukanlah seorang inovator seperti Guderian. Ia bukan pula jenderal yang pernah memimpin pasukan berskala besar macam Manstein. Tapi untuk urusan di lapangan, Rommel tergolong jempolan. Di Afrika Utara ia mampu memompa semangat tempur para prajuritnya melawan musuh yang jumlahnya lebih besar. Kunci kehebatan Erwin Rommel terletak pada kecepatannya bereaksi saat berhadapan dengan suatu masalah.
EL ALAMIEN - Rommel berbicang dengan komandan pasukan payung. General major Rameke, musim panas 1942
EL ALAMIEN - Rommel berbicang dengan komandan pasukan payung. General major Rameke, musim panas 1942
Rommel bersama beberapa stafnya dan perwira-perwira Italia. Berada dibelakang Rommel adalah Oberst Diesener. Sementara pada posisi paling kanan adalah General Gause. Duduk di posisi kanan adalah perwira Italia, General Navarini
Rommel bersama beberapa stafnya dan perwira-perwira Italia. Berada dibelakang Rommel adalah Oberst Diesener. Sementara pada posisi paling kanan adalah General Gause. Duduk di posisi kanan adalah perwira Italia, General Navarini
Rommel bercelana pendek memeriksa pasukan di El Alamien, Agustus 1942
Rommel bercelana pendek memeriksa pasukan di El Alamien, Agustus 1942
IRON CROSS - Rommel menyematkan bintang jasa Iron Cross 2nd pada salah seorang prajurit DAK, 31 Agustus 1942
IRON CROSS - Rommel menyematkan bintang jasa Iron Cross 2nd pada salah seorang prajurit DAK, 31 Agustus 1942
Rommel diatas kendaraan tempur
Rommel diatas kendaraan tempur
Lambang Kesatuan Lapis Baja Rommel di Afrika

KOKPIT, Panglima-Panglima Terhebat

KOKPIT, Panglima-Panglima Terhebat



Pembaca budiman,
Seperti pernah kami tulis, perang tak hanya sekadar ajang unjuk kekuatan militer. Di lain pihak, perang juga merupakan pentas untuk uji konsep, doktrin, dan strategi. Tak heran jika dari peranglah muncul berbagai tokoh, yang tak saja panglima, yang melegenda oleh karena kecemerlangannya menciptakan taktik dan strategi yang luar biasa.

Perang sendiri mulai lazim terjadi sejak bangsa-bangsa Eropa giat melakukan ekspansi ke berbagai wilayah. Dan, sejak itu pulalah bermunculan tokoh-tokoh yang tak saja melegenda oleh karena kehebatannya memimpin serbuan, tetapi juga oleh karena kecerdikannya menggerakkan operasi perlawanan. Katakan saja itu Alexander Agung dari Eropa, Salahuddin al Ayubi dari Mesir, Jengis Khan dari Mongolia, Vo Nguyen Giap dari Vietnam, dan Gajah Mada dari wilayah Nusantara. Dalam Edisi Koleksi The Great Commanders of the Battle Fields (panglima-panglima Perang Terbesar) ini Anda akan kami ajak mengikuti pemikiran, profil, dan kisah kejuangannya mereka.
Sebagian memang merupakan diktator atau tokoh yang tirani, tetapi sebagian lain merupakan tokoh yang menyejukkan. Tentang semua ini boleh jadi kepribadian, sikap, dan kondisi lah yang membentuk mereka di perjalanan.
Tentang mengapa peperangan harus terjadi, ekonom terkenal Ludwig von Mises sempat menulis slogan yang amat berarti. Menurutnya, filosofi dari proteksionisme bagaimana pun muncul oleh karena menguatnya filosofi dari perang. Lalu, mengapa para tokoh itu biasanya berasal dari kaum pria? Katanya, itu karena bagi kaum pria, berkelahi atau berperang adalah satu-satunya cara paling efektif untuk memusnahkan lawan.
Akhir kata, kami tentu tak berharap Anda melihat sisi buruk dari tulisan-tulisan yang kami bentang. Bagaimana pun dari berbagai peristiwa dan perjalanan gelap tokoh-tokoh, selalu ada sisi positif yang bisa kita tarik. Selamat mengikuti, simak sampai habis, dan sampai jumpa dalam edisi berikutnya.

Heinz Wilhelm Guderian

Heinz Wilhelm Guderian


Bapak Perang Tank
Heinz Wilhelm Guderian dikenal sebagai pionir dari perang lapis baja. Namun siapa sangka, pria kelahiran Prussia ini memulai perjalanan karir militernya justru sebagai projurit infanteri bukan dari unit lapis baja.
Heinz Wilhelm Guderian
Heinz Wilhelm Guderian
Banyak tokoh-tokoh militer semasa PD II merupakan veteran prajurit semasa PD I. Salah satu di antaranya adalah Heinz Wilhelm Guderian. Guderian, begitu biasa disebut, memulai kehidupan militernya dalam unit komunikasi pasukan Jerman selama PD I. Hal ini pula yang lantas menyadarkannya betapa penting unsur komunikasi dalam memenangkan sebuahpertempuran. Ketika pertempuran di Verdun pecah 1916, Guderian masuk sebagai staf di satuan Crown Prince. Pertempuran ini membawa hikmah tersendiri. Baginya pertempuran darat di masa mendatang bakal digelar dengan cara lain. Bukan lagi dalam bentuk perang parit.

Antara PD I dan PD II Guderian betul-betul tekun mempelajari teori pertempuran yang ditulis oleh dua orang Inggris yaitu Liddell Hart dan Fuller. Ia benar-benar terkesan dengan konsep mereka bahwa satuan lapis baja bermotor merupakan unsur utama pasukan darat dan bukan cuma sekedar pendukung gerakan infanteri. Pada masa itu Guderian memangku jabatan sebagai komandan sebuah batalion bermotor AD Jerman. Di sela-sela kesibukannya ia menyempatkan dirt untuk menulis buku berjudul Achtung-Panzer! Isinya tak lain merupakan analisa tentang kesuksesan dan kegagalan Sekutu saat memakai elemen lapis baja dalam PD I.
RUSIA-Guderian (tengah) sedang berbincang-bincang degnan seorang perwira Rusia, Brigadir S. Krivoshein saat menyaksikan parade militer di Bern. Parade ini digelar setelah Jerman menggelar invasi ke Polandia
RUSIA-Guderian (tengah) sedang berbincang-bincang degnan seorang perwira Rusia, Brigadir S. Krivoshein saat menyaksikan parade militer di Bern. Parade ini digelar setelah Jerman menggelar invasi ke Polandia
Ketika Adolf Hitler mulai memegang kekuasaan di Jerman, Guderian dianggap sebagai salah satu orang militer berbakat dan idenya cukup membuat hati sang fuhrer tertarik. Tahun 1935 ia dipromosikan menjadi komandan divisi lapis baja ke-2 AD Jerman 2nd Panzer Division). Promosi ini sekaligus jadi pembuka jalan baginya untuk menerapkan segala ide tentang satuan lapis baja yang ada di kepalanya.

Manuver Kecepatan

Terobosan-terobosan yang dilakukan dalam membangun unit-unit lapis baja AD Jerman membuat karir militer Guderian melejit makin cepat. Ketika Hitler meme¬rintahkan penyerbuan ke Polandia (1939), ia memimpin korps lapis baja ke-19 AD Turman (XIX Panzer Corps). Satuan lapis baja ini kembali dilibatkan dalam serbuan ke Perancis tahun 1940.
Berbekal semua pengetahuan yang di¬miliki sebelumnya, macam kerapian komunikasi, pelajaran Sekutu semasa PD I plus kecepatan gerak, Jerman berhasil men¬jebol garis pertahanan Sekutu di Perancis. Pasukan lapis baja Guderian bergerak secepat kilat merangsek menyeberangi Sungai Meuse, Sedan tanpa menunggu dukungan jembatan ponton dari satuan-satuan zeni AD Jerman.
Manuver kilat Guderian ini membuat kekuatan darat Sekutu terbelah due den pasukan yang dipimpinnya sudah mencapai garis pantai Perancis hanya dalam tempo delapan hart. Perancis sendiri bisa dikuasai Jerman hanya dalam waktu enam minggu kampanye militer. Sebagai ganjaran etas kehebatannya di lapangan, Hitler kembali mempromosikan pangkat Guderian menjadi Kolonel-Jenderal. Pangkat ini satu tingkat lebih tinggi ketimbang field-mar-shal.
Biarpun sudah menjadi perwira tinggi, Guderian tetap diperintahkan untuk turun langsung ke lapangan. Medan tempur yang dilakoninya kali ini adalah Rusia. Dalam operasi ini ia memegang satu grup dari empat grup Panzer yang dimiliki Jerman. Unit yang dipimpinnya ini mengusung name Panzer-armee Guderian atau kemudian lebih dikenal dengan kode 2,d Panzer Army.
Seperti saat bertugas di Eropa Barat, Guderian juga bermain dengan unsur kecepatan. Dalam waktu singkat pasukan¬nya mampu masuk ribuan kilometer ke dalam wilayah Rusia. Enam minggu kemudian pasukan panzer Guderian sudah sampai 200 km dari ibukota Rusia, Mos¬kow. Gerakan cepat menembus pertahanan lawan yang dilakukan Guderian ini membuat ia kerap dijuluki prajuritnya dengan sebutan “hurry-on Heinz”.

Terganjal Hitler

Kesempatan buat merebut ibukota Rusia rupanya dianggap sepi oleh Hitler. Sang fuhrer berkeinginan untuk menggeser pasukan panzer Guderian ke front Selatan. Guderian kurang setuju dengan keputusan ini. Friksi di antara keduanya memuncak menyusul serangan balik dari Rusia.
Sebagai puncaknya, sejak Februari 1943 Hitler akhirnya memindahkan posisi Guderian tak lebih sebagai inspektor untuk seluruh unit-unit Panzer. Suatu posisi yang otomatis memutus meta rantai Guderian dengan pasukannya. Sejak saat itu hubungan keduanya tak pernah pulih lagi. Upaya Hitler mengangkat Guderian sebagai kepala staff (chief of the general staff) setelah insiden percobaan pembunuhan sang fuhrer pada Juli 1944 tak bisa membangkitkan semangat perang Guderian. Tepat 21 Maret 1945 ia mengun¬durkan dirt dari jabatannya. setelah Jerman jatuh, AS menggiring Guderian sebagai penjahat perang. Namun demikian Sekutu tak pernah menjatuhkan sangsi apapun. Bapak perang tank asal Jerman ini wafat 14 Mei 1954. Selama hayatnya ia sempat melansir tujuh buku tentang taktik perang darat.

“Keep Advancing”

Bisa jadi Heinz Wilhelm Guderian merupakan tipikal orang lapangan sejati. Saat memimpin pasukannya la kerap eradatepat di belakang unit-unit pendobrak. Baginya komunikasi adalah segala-galanya. Dungan demikian make segala informasi, mulai dari markas besar, staf-staf bawahannya, sampai perkembangan situasiterkini bisadidapatnya dengan cepat. Di lapangan Guderian punya sejumlah ciri khas tersendirl. Ke manapun ia bergerak, sebuah kendaraan komunikasi lengkap dengan perangkat Enigma selalu mengikutinya. Bagi anak buahnya, perintah Guderian selalu bisa ditebak. “Keep advanc-ing” (terus maju), begitulah perintah yang biasa meluncur dari mulutnya.

Dari Panglima Tuthmosis Mesir Kuno Hingga Jenderal George Patton Jr.

Dari Panglima Tuthmosis Mesir Kuno Hingga Jenderal George Patton Jr.


Sejak masa lalu tatkala orang mulai mengenal peperangan yang terorganisasi, maka yang namanya pimpinan atau komandan atau panglima merupakan suatu kebutuhan, bahkan keharusan. Setiap peperangan pasti memerlukan pemegang komando atau commander untuk mengatur, mengarahkan, dan memimpin serangan maupun pertahanan. Karena itu tak heran apabila ada pameo yang intinya dalam peperangan tak ada prajurit yang jelek, yang ado hanyalah jenderal yang jelek.
U.S Army
TERLUKA-Patton di Perancis tahun 1918. Ia ikut serta dalam Battle of Saint-Mihiel, September 1918, dan terluka oleh peluru senapan mesin. Foto: U.S Army

Dalam sejarah, catatan tertulis pertama dari suatu perang terpimpin adalah dari pertempuran di Megiddo, tahun 1469 SM. catatan ini secara khusus sudah menunjuk bahwa tentara Mesir yang dipimpin Fir’aun pendekar perang Tuthmosis mencapai kemenangan bukan hanya karena taktik bertempurnya yang bogus, tetapi juga berkat kemampuannya mengatur sistem komunikasi aba-aba di tengah berkecamuknya pertempuran. Tanga ada yang menentukan dan mengatur sistem tersebut, maka kemungkinan besar tentara Mesir tidak akan menang dalam pertempuran dengan musuh-musuhnya di Palestine Utara tersebut.
Perkembangan dari waktu ke waktu juga menunjukkan pemimpin dalam perang pun selalu berubah-ubah. Apabila dulunya para panglima langsung dipegang oleh para raja Iskandar Agung, Xerxes, Hannibal d1l), maka ketika zaman menganggap raja juga pimpinan erohanian atau imam, maka komandan perang digantikan orang lain. Biasanya raja menunjuk anggota keluarganya atau kawan dekatnya untuk mewakilinya menjadi panglima perang. Namun tatkala posisi panglima dinilai terlalu berisiko dalam pertempuran, maka kedudukannya di medan pertempuran pun dapat diwakilkan kepada orang-orang kepercayaannya. Kalau pun orang-orang ini belum mahir dalam memimpin tentara, maka mereka akan diajari seni berperang, Frederik Agung dari Prussia (1712-86) merupakan tokoh pembaharuan dalam bidang kemiliteran ini, termasuk antisipasinya terhadap konsep bahwa “perang adalah kepanja¬ngan dari diplomasi.” Meskipun pandangan dan tindakannya memodernkan kemiliteran, namun die sendiri sebagai raja masih suka memimpin sendiri tentaranya di medan perang melawan musuh-musuhnya seperti Austria, Russia, Perancis, dan Saxony.
Begitu pula salah satu pang-lima militer paling jenius da¬lam sejarah, Napoleon Bona¬parte, sewaktu telah menjadi kaiser Perancis pun masih memimpin sendiri peperangan di medan, termasuk petua¬langannya yang gagal ke Mos¬kwa serta pertempurannya yang terakhir di Waterloo. Na¬mun pada mesa-mesa itu, banyak jenderal serta laksa¬mana brilian yang muncul dan memimpin langsung pasukan di ajang pertempuran. Nama¬nama seperti Wallenstein, Suvarov, Nelson, Clive, Ney, von Moltke, Sherman, Bolivar, dan lain-lainnya berkibar dari berbagai medan peperangan. Mereka inilah jenderal yang bersama-sama tentaranya terjun masuk lumpur, bukan hanya memerintah dari tempat aman dan nyaman saja.

Masa depan?

Sampai masa Perang Perancis – Prussia tahun 1870, raja dan para pangeran masih memegang komando dan memimpin langsung pertempuran di lapangan, sesuai dengan pemikiran feodal waktu itu bahwa faktor keningratan merekalah yang mampu melaksanakan otoritas. Pangeran Ruprecht dari Bavaria yang memimpin salah satu Grup Tentara Jerman pada tahun 1918 adalah tinggalan terakhir dari sistem lama tadi. Padahal negara besar lain seperti AS dan Kerajaan Inggris waktu itu sudah lama meninggalkan paham seperti itu. Mereka merintis dan mengedepankan para pemimpin militer profesional untuk memimpin tentara mereka. Apa yang dijalankan mereka ini kemudian diikuti oleh semua negara modern lainnya. Sekalipun begitu, pernah timbul godaan di Inggris untuk kembali ke sistem feodal tatkala PM Churchill mengalami krisis pada pertengahan 1942, dengan keluarnya usul dari parlemen agar Duke of Gloucester diangkat sebagai panglima tertinggi.
Perkembangan kepemimpinan profesional yang memunculkan nama-nama besar sebagai greatest military commanders terus berlangsung hingga masa sekarang tatkala perang konvensional masih terjadi, seperti PD I dan II, Perang Korea, Perang Timur Tengah, dan Perang Vietnam. Nama-nama seperti Ludendorff, Von Mannerheim, Foch, Zhukov, Montgomery, Rommel, Manstein, Yamashita, Patton, Mac Arthur, Eisenhower, Guderian, Giap, Dayan, Schwarzkopf, dan lain-lain terpatri kuat dalam sejarah kemiliteran dunia. Mountbatten dalam PD II juga memperoleh tempat terhormat, tetapi ini memang dari kemampuan profesionalnya dan bukan karena kaftan dengan kebangsawanannya.
Mengingat sifat peperangan dewasa ini, apakah pada masa depan akan dihasilkan lagi nama-nama besar seperti pada masa¬masa lalu ? Apabila menilik sifat peperangan dewasa ini, maka sejauh peperangannya lebih merupakan konflik gerilya seperti yang terlihat di berbagai bagian dunia, termasuk di Irak dan Sri Lanka scat ini, maka tampaknya nama-nama besar tak akan ada lagi. Boleh jadi local military heroes tetap akan muncul seperti Che Guevara, tetapi mereka ini tidak lagi mengalami kesempatan seperti yang dilakoni para panglima pada masa lalu. Setidaknya mereka tidak lagi dapat menampilkan ke¬jeniusan dalam skala sebagaimana yang dikenyam para pendahulu. Sementara itu seandainya peperangan besar masa depan sampai dilakukan dengan senjata nuklir, maka dapat dipastikan tidak akan ada pemimpin besar militer yang akan dihasilkan. Sebab para panglima memimpin peperangan hanya dari ruang operasi dan tidak lagi bersama-sama prajuritnya mengendarai tank dan berkubang di medan perang.

Bermacam kriteria

Banyak ulasan mengenai siapa yang patut untuk dimasukkan sebagai greatest military leaders dalam sejarah. Buku biografi tentang mereka pun banyak diterbitkan, baik berupa biografi perorangan maupun kumpulan dari banyak figur ternama. Buku kumpulan biografi seperti itu cukup banyak meski dengan judul berlainan, seperti The War Lords, Masters of the Battlefields, The World’s Greatest Military Leaders, Generals ini Muddy Boots, A Historical Dictionary of Military Leaders, dan lain-lainnya. Tetapi yang menarik adalah perbedaan pandangan dari para penyusunnya, mengenai kriteria tokoh-to¬koh militeryangpantas mereka cantumkan dalam buku masing-masing. Pandangan subyektif tentu mengemuka. Tetapi figur yang pasti diterima bersama pun lebih banyak lagi. Karena itu apa yang diseleksi untuk Angkasa Koleksi edisi ini pun lebih didasarkan dari figur yang telah diterima umum sebagai the greatests, ditambah beberapa nama dari local heroes yang ada dalam sejarah nasional kita sendiri.
Kriteria para penulis atau sejarawan militer untuk menentukan the greatest bagi figur-figur militer tadi umumnya didasarkan berbagai unsur penilaian. Seperti apakah ukurannya hanya dilihat dari kesuksesan atau kejayaan sebagai panglima ? Kenyataannya tidaklah sesederhana itu, seperti terlihat pada contoh dua figur jenderal terhebat dalam sejarah, Napoleon Bonaparte dan Robert E. Lee. Mereka pada akhirnya tidak berjaya, malah gagal dan kalah dalam perang. Begitu pula ukuran pengalaman atau pun pendidikan dan latihan sebagai tentara profesional amat penting. Tetapi lihatlah contoh dalam sejarah, seperti Jeanne d’Arc atau pun Oliver Cromwell yang mencapai kemasyhuran karena kemenangan perang mereka, yang bahkan mengubah sejarah secara signifikan. Padahal mereka semula bukan militer, bahkan pada diri mereka tak pernah terpikirkan untuk memimpin tentara atau pun berperang serta menang.
Keberanian di tengah kancah pertempuran juga dihargai dan diperhitungkan dalam menilai panglima yang baik, karena ha itu akan menyemangati, bahkan menjad teladan bagi anak buahnya. George Arm strong Custer tidak disangkal adalah tip pemimpin militer pemberani tersebut, se hingga dalam Perang Saudara Amerika ter catat delapan kudanya pun sampai terkem tembakan musuh. Namun kemudian ” toh terkenalnya dalam sejarah adalah akibai bencana atas pasukannya dalam peristiwa Little Big Horn tahun 1876 tatkala berperang dengan orang Indian. Kepercayaan diri memang vital pada setiap jenderal yang baik dan hal itu pun sepenuhnya dimiliki oleo Custer, tetapi toh itu malah dianggap sebagai salah satu penyebab kejatuhan namanya.
Pada pihak lain, ada pula pemimpin militer yang dipuja dan dicintai anak buahnya, dan hal ini tentunya bagus karena akan memberi motivasi dan semangat Padahal di balik itu sebetulnya ada kekurangan yang melekat pada dirinya untuk menjadi pemimpin militer yang baik, seperti terjadi pada George McClellan, Panglima Tentara Potomac dalam perang saudara di AS. Anak buahnya begitu menyukainva dan memberi julukan kesayangan “Little Mac” baginya. Tetapi sesungguhnya dia memiliki sikap arogan, lamban, dan mudah gentar sehingga Presiders Lincoln kecewa berat terhadap dirinya sebagai pemimpin militer.
Ukuran kehebatan seseorang commander juga dapat dilihat dari kemauan dan keberanian untuk mencoba terus terhadap hal-hal yang rasanya tak mungkin, against all odds. Jenderal yang tercatat berhasil menunjukkan kemampuan itu antara lain George Washington dan Willem dari Orange, yang masing-masing akhirnya berhasil mengalahkan musuh-musuh lebih kuat karena sifat mereka yang ulet, tak mudah patch. Ada pula pemimpin militer yang terkenal karena kemampuannya untuk “main drama”, dengan mengeksploitasi keberhasilannya dalam pertempuran, sehingga menumbuhkan mitos terhadap dirinya, seperti yang terjadi pada Jenderal George Patton, Jr.
Ada pula penilaian bahwa panglima yang hebat adalah yang mampu bicara apa adanya, termasuk terhadap lawannya, sebagaimana ditunjukkan oleh tantangan panglima Sparta Leonidas terhadap Raja Xerxes dari Persia dalam pertempuran di Thermopylae yang terkenal itu. “Kalau kamu menginginkan ini, datanglah dan ambillah!” Memang, sesungguhnya menentukan ukuran good commanders begitu bervariasi, dan sering lebih tergantung pads penilaian subyektif. Karena itu tambahan kriteria pun menjadi semakin banyak, seperti keberanian bertanggung jawab terhadap kegagalan, kemampuan membuat keputusan secara cepat, tepat, dan mengeluarkan perintah yang singkat dan jelas, kepandaian memilih bawahan yang dapat diandalkan serta keyakinannya dalam memberi kepercayaan, dan,seterusnya.
Begitu banyak ukuran yang dapat diterapkan sehingga seorang pemimpin militer dapat dimasukkan sebagai the greatests, masters, warlords, dan lain-lainnya. Tetapi tidaklah mungkin segala kelebihan atau ukuran kebaikan tersebut dapat dianugerahkan kepada seorang tokoh militer betapa pun hebatnya dia dalam peperangan dan sejarah.
Namun setidaknya mereka-mereka inilah yang dinilai telah meraih sebagian dari berbagai kriteria tadi. “Mereka inilah parer jenderal yang berjuang di front bersama pasukannya, berdiri bersamasama mereka di antara desingan pelor dan siulan peluru meriam, serta menyaksikan teman-teman mereka jatuh dan coati…” begitulah penggambaran oleh Kol. Walter J. Boyne, seorangpensiunan perwira USAF yang jugs penulis kemiliteran terkenal

Salahuddin al Ayubi

Salahuddin al Ayubi


Kesatria Padang Pasir

Salahuddin al Ayubi
Salahuddin al Ayubi
Ada dua kesan yang menyebabkan Salahuddin dipandang sebagai kesatria sejati, baik oleh kawan maupun lawan. Pertama adalah soal kepiawaiannya dalam taktik pertempuran. Kedua tentang kesalehan dan kemurah hatiannya.
Bulan Juli 1192, sepasukan muslim menggerebek 12 tenda prajurit kristen, termasuk tenda kerajaan Raja Richard I, di luar benteng kota Jaffa. Richard yang terusik segera bangun dan bersiap bertempur. Pasukannya kalah jumlah, 1:4. Tak peduli, Richard berjalan kaki mengikuti pasukannya menyongsong musuh.

Salahuddin yang melihatnya, berguman dengan tenang pada saudaranya, al-Malik al-Adil, “Bagaimana mungkin seorang raja berjalan kaki bersama prajuritnya? Pergilah, ambil dua kuda Arab ini dan berikan padanya. Katakan padanya, aku yang mengirimkan untuknya. Seorang laki-laki sehebat dia tidak seharusnya berada di tempat ini dengan berjalan kaki.”
Fragmen di atas dicatat sejarawan kristen dan muslim sebagai salah satu pencapaian tertinggi Salahuddin Al Ayubi sebagai seorang ksatria. Walau berada di atas angin, dia tetap menginginkan pertempuran yang adil bagi setup musuhnya.
Suriah-Mesir
Salahuddin dalam lukisan kepingan uang Dirham
Salahuddin dalam lukisan kepingan uang Dirham
Salahuddin lahir di sebuah kastil di Takreet, tepi Sungai Tigris di Irak pada tahun 1137 Masehi atau 532 Hijriyah. Name aslinya adalah Salah al-Din Yusuf bin Ayub. Ayahnya, Najm ad-Din masih keturunan Kurdi dan menjadi pengelola kastil tersebut bersama adiknya, Shirkuh.
Pada saat menjelang kelahirannya, terjadi peristiwa sedih dalam keluarga besarnya. Shirkuh bertengkar dan kemudian membunuh komandan gerbang kastil yang bernama Isfahsalar. Shirkuh mendapat laporan dari seorang wanita yang telah dilecehkan sfahsalar. Akibat peristiwa tersebut, keluarga besar Najm ad-Din diusir.
Mereka kemudian bertolak ke Mosul. Di Mosul, mereka bertemu dan membantu Zangi, seorangpemimpin Arab yang mencoba menyatukan wilayah Islam yang tercerai-berai dalam beberapa wilayah kerajaan kecil seperti Suriah, Antiokhia, Aleppo, Tripoli, Horns, Yerusalem dan Damaskus. Zangi yang beraliran Sunni berhasil menjadi penguasa di seluruh Suriah dan bersiap menghadapi serbuan Tentara Salib dari Eropa yang saat itu sudah mulai memasuki tanah Palestina.
KHARISMA - Walaupun menjadi lawan, orang Eropa mengakui Salahuddin sebagai Sultan yang sangat berkuasa. Dalam gambar yang dibuat pelukis Eropa, tampak Salahuddin menggenggam bola dunia. Lambang bahwa Salahuddin sangat berkuasa
KHARISMA - Walaupun menjadi lawan, orang Eropa mengakui Salahuddin sebagai Sultan yang sangat berkuasa. Dalam gambar yang dibuat pelukis Eropa, tampak Salahuddin menggenggam bola dunia. Lambang bahwa Salahuddin sangat berkuasa
Zangi meninggal tahun 1146 setelah menundukkan Edessa, sebuah propinsi pendukung Eropa, dan kemudian digantikan oleh Nuruddin. Di bawah bimbingan Zangi dan Nuruddin, pelan-pelan Salahuddin yang bertubuh kecil, rendah hati, santun, penuh belas kasih namun juga cerdas ini menemukan jalan hidupnya.
Pada tahun 1163, Nuruddin mengutus Shirkuh untuk menundukkan Mesir yang dipimpin kekhalifahan Fatimah yang beraIiran Syi’ah. Setelah mencoba kelima kalinya, Shirkuh berhasil menundukkan Mesir tanggal 8 Januari 1189. Namun dua bulan kemudian, dia meninggal secara mendadak dan diperkirakan diracun.
Nuruddin kemudian mengangkat Salahuddin menggantikan Shirkuh. Salahuddin dianggap masih sebagai bocah yang lembek dan lemah sehingga mudah dikontrol. Nurruddin tentu tidak mempunyai pesaing kuat yang mempunyai kekuasaan besar di Kairo. Namun prediksi Nuruddin ternyata salah.
Salahuddin segera mengorganisir pasukan dengan mengembangkan perekonomian untuk menghadapi serbuan balatentara Salib yang ingin merebut Mesir. Dalam kurun waktu 1169 hingga 1174 itu, Mesir di bawah pimpinan Salahuddin menjelma menjadi kerajaan yang kuat. Serbuan tentara Salib berkali-kali dapat dipatahkan. Namun kegemilangan Salahuddin malah membuat Nuruddin khawatir. Hubungan keduanya memburuk dan pada tahun 1174 itu Nuruddin mengirim pasukan untuk menundukkan Mesir.
Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Saat armadanya tengah dalam perjalanan, Nuruddin meninggal dunia pada ranggal 15 Mei. Kekuasaan diserahkan pada putranya yang barn berusia 11 tahun. Pertempuran urung terjadi. Bahkan Salahuddin berangkat menuju Damaskus untuk menyampaikan belasungkawa. Kedatangannya dielu-elukan dan diharapkan mau merebut kekuasaan. Namun Salahuddin yang santun malah berniat menyerahkan kekuasaan pada raja yang masih belia namun sah.
Ketika raja belia tersebut tiba-tiba juga sakit dan meninggal dunia, mau tak mau Salahuddin diangkat menjadi Sultan bagi kekhalifahan Suriah dan Mesir, pada tahun 1175.

Hattin

Pada waktu Salahuddin berkuasa, Perang Salib telah memasuki fase kedua. Walaupun tentara Salib berhasil menguasai kola suci Yerusalem (Perang Salib fase pertama), namun mereka tidak berhasil menaklukkan Damaskus dan Kairo. Bahkan Zangi berhasil membebaskan Edessa yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Eropa. Kekuatan Muslim sedang menuju (alan kemenangan, menurut sejarawan Arab.
Dengan menguasai Mesir dan Suriah, Palestine. Ketika dinobatkan menjadi Sultan, Salahuddin berujar, ” Saat Tuhan memberiku Mesir, aku yakin Dia juga akan memberiku Palestina! Namun seat itu antara Salahuddin dan Raja Yerusalem, Guy de Lusignan mengadakan gencatan senjata.
Fase ketiga Perang Salib dipicu penyerangan rombongan peziarah dari Kairo yang hendak menuju Damaskus oleh Reginald de Chattillon, penguasa kastil di Kerak yang juga merupakan bagian dari kerajaan Yerusalem. Kafilah yang hendak menunaikan haji ini juga membawa saudara perempuan Salahuddin. Pengawal kafilah dibantai dan anggota rombongan ditahan, termasuk saudara perempuan Salahuddin. Dengan demikian, gencatan senjata berakhir dan Salahuddin sangat murka.
Pada Mares 1187, setelah bulan suci Ramadhan, Salahuddin menyerukan Jihad. Pasukan muslim mulai bergerak, menaklukkan satu persatu benteng-benteng pasukan kristen. Puncak kegemilangan Salahuddin terjadi pada pertempuran di kawasan Hattin.
Tangga13 Juli yang kering, 25.000 tentara muslim mengepung tentara kristen yang berjumlah sedikit lebih besar, di daerah pegunungan Hattin yang menyerupai tanduk. Pasukan muslim terdiri dari 12.000 kavaleri dan sisanya infanteri. Kavaleri mereka yang merupakan pasukan utama, menunggang kuda Yaman yang gesit. Mereka juga menggunakan pakaian katun ringan yang disebut kazaghand, untuk meminimalisir pangs terik padang pasir. Mereka terorganisir dengan baik, karena menggunakan bahasa yang same yaitu bahasa Arab. Dengan dibagi dalam skadron-skadron kecil, mereka menggunakan taktik hit and run.
Sementara pasukan kristen dibagi dalam tiga bagian. Bagian depan pasukan terdiri dari ordo (kristen) Hospitaler yang dipimpin Raymond dari Tripoli. Bagian tengah terdiri dari batalion kerajaan yang dipimpin oleh Raja Guy de Lusignan yang membawa Salib Sejati sebagai jimat pasukan. Bagian belakang terdiri dari ordo (kristen) Templar yang dipimpin oleh Balian dari Ibelin. Namun bahasanya bercampur antara lnggris, Perancis dan beberapa bahasa Eropa lainnya. Seperti lazimnya tentara dari Eropa, mereka semua mengenakan baju zirah besi.
Salahuddin memanfaatkan celah-celah ini. Malam harinya, pasukannya membakar rumpus kering di sekelilingpasukan kristen yang sudah sangat kepanasan dan kehabisan air. Keesokan harinya, Salahuddin membagikan anak panah tambahan pada pasukan kavaleri. Gunanya untuk membabat habis kuda-kuda tunggangan musuh. Tanga kuda dan payah karena kepanasan, pasukan kristen tampak menyedihkan.
Akibatnya sungguh mengenaskan bagi pasukan kristen. Hampir semua pasukan terbunuh. Raymond dari Tripoli dan Balian dari Ibelin berhasil lolos. Namun Raja Guy dan Reginald de Chatillon berhasil ditangkap. Jimat Salib Suci berhasil direbut pasukan muslim dan dibawa ke Damaskus sebagai barang rampasan. Terhadap semua tawanannya, Salahuddin memberi dua pilihan. Menerima Islam dan dibebaskan atau menolak tapi dieksekusi. Chatillon yang menolak langsung dipancung. Namun pilihan itu tidak herlaku bagi Raja Guy. Salahuddin memberi alasan, “Sesama raja tidak boleh saling membunuh!”
Beberapa tahun kemudian, Raja Guy berhasil ditebus oleh pasukan kristen dan dibebaskan.

Yerusalem

Dari Hattin, Salahuddin bergerak membebaskan kota-kota Acre, Beirut dan Sidon di Utara. Dia juga bergerak membebaskan Jaffa, Caesarea, Arsuf hingga Ascalon di Selatan. Sekarang saatnya membebaskan kota impian, kota suci Yerusalem. Dalam membebaskan kota-kota tersebut, Salahuddin senantiasa mengedepankan jalan diplomasi, yaitupenyerahan kota secara sukarela, laripada pasukannya menyerbu kota.
MAKAM SEDERHANA -Sehagai pemimpin besar, Salahuddin terkenal amat sederhana. Saat wafat, ia hanya meninggalkan harta 66 Dirham Nasirian. Makamnya di Damaskus terlihat sederhana
MAKAM SEDERHANA -Sehagai pemimpin besar, Salahuddin terkenal amat sederhana. Saat wafat, ia hanya meninggalkan harta 66 Dirham Nasirian. Makamnya di Damaskus terlihat sederhana
Pasukan Salahuddin mulai mengepung Yerusalem pads tanggal 26 September. Saat itu pasukan kristen di kota suci dipimpin oleh Balian dari Obelin dan mempertahankan kota dengan gigih. Namun pada tanggal 30 September, Salahuddin menerima tawaran perdamaian Balian. Yerusalem diserahkan dan orang kristen dibebaskan dengan tebusan tertentu. (Fragmen ini pernah di filmkan Hollywood dengan judul Kingdom of Heaven)
Salahuddin menunda masuk ke kota suci selama dua hari, menunggu hingga tanggal 2 Oktober 1187 ataubertepatan dengan tanggal 27 Rajah 583 H. Tanggal itu merupakan tanggal saat Nabi Muhammad SAW melakukan mikraj (perjalanan menembus langit untuk bertemu Allah SWT) dari Masjid al-Aqsa yang terdapat di Yerusalem.
Di kota ini, Salahuddin lagi-lagi menampilkan sikap yang adil dan bijaksana. Masjid al-Aqsa dan Kubah Batu (Dome of Rock) yang sempat dijadikan markas Ordo Templar dan gereja kristen, segera dibersihkan. Namun demikian, Gereja Makam Suci tetap dibuka dan ia tetap mempersilahkan umat kristen untuk melakukan ibadah dan aktifitas di situ. Demikian juga – kaum Yahudi tetap dipersilahkan beribadah dan melakukan aktifitas sewajarnya. Kebijakan ini sempat menerima tentangan dari pendukung-pendukungnya. Namun Salahuddin berujar, “Muslim yang bails harus memuliakan tempat ibadah agama lain!”
Kompleks pemakamannya terletak di sebuah masjid Ummayad di sebelah Utara masjid Agung Damaskus
Kompleks pemakamannya terletak di sebuah masjid Ummayad di sebelah Utara masjid Agung Damaskus
Salahuddin sendiri tidak tinggal di istana megah. Ia justru tinggal di masjid kecil bernama Al-Khanagah di Via (jalan Do-lorossa, dekat Gereja Makam Suci. Kantornya terdiri dari dua ruangan berpene¬rangan minim yang luasnya nyaris talc mampu menampung 6 orang yang duduk berkeliling. Salahuddin sangat menghindari korupsi yang wring menghinggapi pars raja pemenang perang.
Setelah Salahuddin kembali menguasai Yerusalem, maka kota suci dari tiga agama (Yahudi, Kristen dan Islam) ini tidak berpindah tangan dari penguasa muslim hingga abed ke-20, Setelah Perang Dunia I, ketika daerah Palestina dikuasai Inggris dan akhirnya diserahkan pada kaum Yahudi untuk dibentuk negara Israel.
Salahuddin juga berhasil mempertahankan Yerusalem dari serbuan prajurit kristen pimpinan RichardSi Hati Singa“. Richard mengepung Yerusalem dua kali, yaitu bulan Desember 1191 dan bulan Juni 1192. Namun Salahuddin mampu membuat Richard frustasi dan akhirnya kembali ke Eropa tanpa pernah menyentuh tanah Yerusalem.
Salahuddin meninggal pada 4 Maret 1193 di Damaskus. Para pengurus jenazahnya sempat terperangah karena ternyata Salahuddin tidak mempunyai harta. Ia hanya mempunyai selembar kain kafan lusuh yang selalu dibawanya dalam setiap perjalanan dan uang senilai 66 dirham Nasirian (mata uang Suriah waktu itu) di dalam kotak besinya. Untuk mengurus penguburan panglima alim tersebut, mereka harus berhutang terlebih dahulu.
Peta Emperium Kekuasaan Salahuddin
Peta Emperium Kekuasaan Salahuddin