Sabtu, 06 April 2013

Pelajaran Dari D-Day

Pelajaran Dari D-Day


Keunggulan teknologi bukanlah segalanya untuk memenangkan sebuah duel lapis baja. Di luar itu urusan kelancaran pasokan logistik dan jumlah juga pegang peranan. Hal ini bisa dibuktikan di front pertempuran di Eropa menjelang akhir PD.
Varian M4 dan M4A1 Sherman merupakan tulang punggung armada tank Sekutu pada masa-masa awal pendaratan di Normandia,1949
Banyak orang berpendapat kalau Battle of Kursk merupakan pertempuran paling hebat yang melibatkan kendaraan lapis baja. Bisa jadi pendapat itu benar. Namun di luar itu ada lagi salah satu operasi selama PD 11 yang bisa dijadikan pelajaran berharga dalam penggelaran satuan-satuan lapis baja. Operasi yang dimaksud adalah operasi pendaratan Sekutu di pantai Normandia, Juni 1944 berlabel Operation Over­lord. Operasi ini bisa dianggap sebagai salah satu barometer lantaran ada dua konsep yang saling diadu. Bila melihat dan sisi teknologi dan kemampuan unsur lapis-baja, bisa dibilang pasukan darat Nazi Jerman berada di atas Sekutu. Sayang, predikat ini tak melekat dari segi jumlah serta dukungan logistik. Sebaliknya, biarpun armada lapis baja Sekutu kalah kemampuan namun kelemahan ini diimbangi dari segi jumlah serta dukungan logistik.
Satuan panzer
Secara teknis keunggulan armada lapis baja Nazi Jerman terletak pada kesempurnaan kombinasi antara daya hantam senjata utama dan proteksi. Berbekal meriam kaliber 88mm sebagai senjata utama maka armada tank Tiger Jerman dapat dengan mudah menjebol lapisan dinding tank M4 Sherman sekutu. Ini berlaku untuk segala penjuru sudut tembakan dalam jarak tembak normal. Sebaliknya, agar bisa menghentikan aksi Tiger, dengan bekal meriam kaliber 75mm awak Sherman mau tak mau harus bergerak sedekat mungkin den­gan target. Bahkan untuk varian Sherman dengan meriam yang lebih dahsyat buatan Inggris kaliber 76mm (British 17-pounder), jarak tembak efektif maksimal cuma bertengger pada angka 275 m saja.


Momok bagi pasukan lapis baja Sekutu tak hanya datang dan tank Tiger saja. Di luar itu pasukan darat Jerman juga mengoperasikan armada tak Pz.Kpfw. V Panther. Senjata utama Panther, berupa meriam KwK.42 kaliber 75mm punya daya hantam jempolan. Meriam ini sanggup merobek baja setebal 120mm dari jarak tembak sekitar satu kilometer. Untuk melubangi metal dengan tebal yang sama, senjata terberat pada armada tank Sekutu kala itu (meriam 17-pounder) hams bergerak hingga 455 m dari targetnya.
Baik Panther maupun Tiger masuk dalam golongan arsenal lapis baja istimewa alias diklasifikasikan sebagai arsenal standar adalah Pz.Kpfw. IV Ausf H dan Ausf J. Tercatat saat Operasi Overlord dilakukan pasukan darat Nazi menggelar 748 unit tank jenis ini di wilayah Normandia. Biarpun termasuk standar namun senjata utama Pz.Kpfw. IV berupa meriam kaliber 75mm punya daya lesat (muzzle velocity) 20% lebih tinggi ketimbang me­riam-meriam M4 Sherman yang berkaliber sama. Ini artinya Pz.Kpfw. IV sanggup menjebol metal baja sampai setebal 92 mm. Sebagai perbandingan, untuk jarak yang sama, meriam Sherman cuma bisa merobek metal setebal 68mm saja.
Bila ditengok ke belakang, tank ataupun kendaraan lapis baja bukan¬lah barang baru dalam dunia peperangan. Taruhlah contoh penemu kondang Leonardo da Vinci pernah membuat sketsa kendaraan tempur tahan peluru yang diberi label war machine. Namun pewujudan sekaligus juga pembuktian kemampuan baru dilakukan pada PD I ketika Inggris mengoperasikan kendaraan tempur lapis baja yang diberi nama Big Willie, Male, dan Female tank. Nama tank sendiri se¬benarnya secara tak sengaja dibakukan untuk mengelabui penciuman intelijen lapis baja. Info yang disebarkan secara umum disebutkan kalau ketiga jenis kendaraan di atas tak lebih sebagai tangki (tank) untuk keperluan suplai garis depan.
Diluar ketiga jenis tank tadi, Nazi Jerman masih diperkuat oleh sejumlah tipe ken­daraan lapis baja lain. Sebut saja mulai dari tank serang StuG III, Jagdpanzer IV, sampai artileri swagerak macam Hummel dan Wespe. Ditengok dari segi jumlah, di wilayah Nor­mandia pada tahun 1944 Nazi Jerman sedikitnya 10 unit lapis baja setingkat divisi (panzer division) plus satu panzergranadier division. Bila dihitung semua satuan tadi dibekali 1.800 tank dari berbagai tipe. Selanjutnya bila digabungkan dengan unit-unit lain yang disebar tak jauh dari Normandia terdapat beberapa batalion lapis baja berkekuatan 460 unit kendaraan lapis baja. Alhasil jumlah kekuatan keseluruhan Army Group B, 7th Army Panzergruppe West yang diberi tanggung jawab menahan laju pasukan Sekutu cuma punya kekuatan sekitar 2.260 tank.

Sekutu
Seperti sempat disinggung di atas, tulang punggung kekuatan lapis baja Sekutu dalam Operasi Overlord adalah tank M4 dan M4A1 Sherman buatan AS. Secara teknis tank ini unggul dalam soal kecepatan, olah gerak, serta jumlah tembakan yang bisa dilepaskan setiap menit (rate of fire). Namun sekali lagi, hal ini tak bisa jadi faktor penyeimbang terhadap kelemahan yang dimilikinya. Bahkan selain daya hantam meriam kelewat lemah plus lapisan metal tahan peluru dianggap tipis, Sherman punya satu kelemahan yang cukup membuat merinding para awaknya. Jika satu peluru lawan berhasil merobek bodi, bisa dipastikan tank akan langsung terbakar. Bila ini terjadi bisa dipastikan awak tank Sekutu cuma punya kesempatan 50% lobos dari maut.
Secara teknis, bahaya kebakaran dipicu dari persediaan amunisi Sherman yang letaknya saling berdekatan tanpa dilengkapi dengan sekat pelindung serta penggunaan bahan bakar bensin yang memang mudah terbakar. Selama PD II AS memang cenderung lebih memilih tank berba­han bakar bensin. Sebaliknya Jerman saat itu lebih banyak mengaplikasikan mesin diesel pada armada tanknya. Bahan bakar jenis ini punya titik bakar lebih rendah ketimbang bensin.
Tank hebat Nazi Jerman Tiger II atau kerap disebut juga dengan King Tiger/Royal Tiger masih tergolong senjata baru saat Sekutu mendarat di Normandia. Tercatat cuma ada satu kompi tank jenis ini yang digelar Jerman di Normandia, atau bila dihitung berjumlah 12 unit tank
Buat mengeliminasi segala kelemahan tadi Sekutu, utamanya AS, kemudian meluncurkan tank dengan fungsi khusus sebagai platform penghancur tank. Varian ini kerap disebut dengan nama tank-destroyer. Secara garis besar tank-destroyer dirancang agar mampu menghancurkan ranpur lapis baja lawan dengan tameng antipeluru setebal 80mm dari jarak sekitar 915 m. Agar bisa diwujudkan dengan cepat maka Sekutu memakai armada tank Sherman sebagai basis pengembangan Oleh karenanya wajar bila tank-destroyer macam M10 Wolverine atau M36 sedikit banyak punya kesamaan sosok dengan Sherman. Sebagai senjata utama M10 dilengkapi dengan sepucuk meriam kaliber 3 inci. Sementara pada M36 senjata yang digunakan adalah berupa meriam kaliber 90mm. Memang kehadiran tank-destroyer yang notabene punya daya hantam senjata lebih mumpuni ketimbang tank Sherman membuat para awak tank Tiger Nazi Jerman mesti berpikir dua kali. Sayang, kehadiran ranpur lapis baja macam ini tak begitu terasa lantaran jumlah yang digelar kelewat sedikit.

Bila disimak sebagian besar kekuatan lapis baja Sekutu bertumpu pada tank Sherman. Sekitar dua pertiga kekuatan lapis baja adalah dari jenis tank ini. Sedang sisanya baru diisi oleh beragam tank buatan Inggris macam Cromwell dan Churchill. Dari segi teknis daya hantam kedua jenis tank tadi masih berada dibawah generasi terakhir Pz.Kpfw W atau Panther. Kelemahan tadi mulai bisa dibenahi tatkala Inggris melirik meriam artileri terberat miliknya saat itu, meriam 17-pounder (pdr). Bila ditembakkan meriam 17-pounder sanggup menjebol lapisan baja setebal 120mm dari jarak setengah kilometer Dalam penerapannya meriam ini bisa muncul dalam beragam bentuk. Mulai dari model konvensional berupa meriam tarik, dipakai sebagai senjata utama tank Sherman Firefly, serta meriam swagerak macam Archer atau Achilles.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar