Jumat, 05 April 2013

Negeri Para Maharaja

Negeri Para Maharaja


Foto-foto ini adalah gambaran sosiologis Nepal. Daerahnya bergununggunung dan masyarakatnya sebagian besar masih tertinggal. Masyarakat Nepal juga tidak sepenuhnya senang berafiliasi dengan Inggris. Ada juga sebagian penduduknya yang justru senang berafiliasi dengan China.
Nepal adalah satu Negara kecil di ujung dan atap dunia, tempat terakhir yang ingin anda kunjungi. Selama berabad-abad hanya sejumlah kecil petualang yang sampai kesini. Siapa sangka, dari bukit-bukitnya yang indah lahir satu pasukan tempur paling berani di dunia.
Nepal adalah satu negara kecil nan terpencil, luasnya hanya 5.000 mil persegi. Fakta itu tak bisa terbantahkan saat kita melihat keadaan geografinya. Dibatasi di sisi selatan oleh India, sebelah utara Nepal langsung bertemu dengan punggung Gunung Everest yang merupakan gunung tertinggi di dunia.
Ini adalah tempat yang terlupakan oleh zaman dan waktu, ketika tempat lain mengalami perubahan akibat kemajuan teknologi, Nepal tetap bertahan dalam keasliannya. Terbentang mulai dari Kumaon di sebelah Barat sampai Sikkim di sebelah Timur, Nepal terbagi menjadi tiga wilayah secara alami oleh empat puncak gunung: Nanda Devi 25.700 kaki), Dhaulagiri (26.826 kaki), Gossainthan (26.305 kaki), dan Kangchejunga (28.156 kaki).
Keempat puncak yang saling menyambung itu membentuk tiga lembah, yaitu Karnali di Barat, Gogra di tengah, dan Kosi di Timur. Apa yang disebut dataran Nepal saat ini terbentuk oleh danau yang mengering, dimana aliran geyser dari puncak gunung terus mengerosi dataran bendung Chobar di sebelah Selatan hingga danau besar tersebut `bocor’ dan akhirnya mengering, meninggalkan tanah yang subur untuk didiami.
Sebagai negara miskin tanpa sumber daya alam, Nepal tidak memiliki banyak dana untuk membangun infrastruktur. Akibatnya, kondisi daerah pedesaan di Nepal, yang tersebar di perbukitannya yang curam dan sangat terpencil, tidak mengalami banyak perubahan sejak abad ke-18. Belum lagi keberadaan hutan tersier yang sering memisahkan desa-desa yang ada.
Para penduduk desa tersebut tidak memiliki banyak alternatif penghidupan selain bercocok tanam. Untuk sarana transportasi, jangan bayangkan jalan aspal halus mulus seperti di kota besar. Jalan berbatu terjal, berpunggung tebing dan bertepi jurang adalah satu hal yang biasa, dan ini adalah rute sehari-hari yang harus dilewati sebelum mereka sampai ke padang rumput tempat mereka bisa mengembalakan ternak.
Karena hidup di dataran tinggi, paru-paru mereka mengembang untuk dapat menampung lebih banyak oksigen di wilayah yang tekanan udaranya rendah tersebut. VO,atau kapasitas paru-paru untuk menampung oksigen jauh lebih besar daripada orang dataran rendah, menyebabkan mereka mampu beraktivitas lebih lama daripada orang di dataran rendah. Aktivitas sehari-hari yang mereka lakukan dengan kedua kakinya yang kuat sebagai modal utama, membuat otot-otot mereka fiat dan kuat.
Kebiasaan membawa beban sehari-hari hanya menambah kebugaran. Jauhnya mereka dari berita-berita dunia yang penuh dengan bencana, keculasan politik, dan duka menyebabkan orangorang gunung di Nepal tidak memiliki prasangka dan nafsu akan harta yang berlebihan. Nyaris seluruh orang gunung buta baca tulis karena sedikitnya sekolah, tapi mereka tidak membutuhkan ilmu pengetahuan karena segala yang mereka butuhkan sudah diajarkan oleh alam. Mereka gembira dengan hidupnya sendiri, hidup hari ini adalah untuk hari ini.
Persahabatan dihargai lebih daripada segalanya, karena saat ada kebutuhan atau kedukaan, hanya tetangga yang bisa diandalkan untuk menolong. Segala permasalahan dihadapi dengan tawa riang, hidup terasa lapang.
Orang-orang gunung
Sesungguhnya, tidak ada yang tahu pasti asal-muasal orang-orang Nepal, termasuk para sejarawan yang tidak pernah mencapai kesepakatan mengenai hal ini. Namun penulis W.B. Northy dalam bukunya Land of The Gurkhas, menyebutkan bahwa asal-muasal orang-orang Nepal adalah orang Mongolia yang bermigrasi melintasi Himalaya dan turun ke arah Selatan. Akan tetapi, pengaruh Mongol pun tampaknya tidak dominan, ini kelihatan dari begitu beragamnya dialek dan bahasa yang dipergunakan di Nepal.
Ada tiga macam dialek utama dari sekian puluh sub-bahasa yang dipergunakan oleh orang Nepal. Yang pertama adalah Munda, yang merupakan bahasa Austro-Asiatik, bahasa yang digunakan oleh nenek moyang orang India Utara. Kedua adalah Tibeto-Burman, bahasa yang digunakan oleh Tibet dan Burma (Myanmar), dan diperkirakan masih ada hubungannya dengan China.
Terakhir adalah Indo-Arya (disebut iuga Gurkhali, Nepali, Khaskura, atau Parbatya), yang merupakan turunan langsung dari bahasa Sansekerta, yang masih digunakan di India Utara dan Tengah. Dari ketiganya, dialek terakhir merupakan dialek yang dianggap paling umum, dan menjadi bahasa negara. Adalah umum di Nepal .untuk menguasai bahasa Tibeto-Burman dan Gurkhali sekaligus.
Jika bahasanya saja sudah beranekaragam, jumlah sub-suku di Nepal ternyata jauh lebih banyak. Sub-suku utama yang ada di Nepal adalah Thakur, Chetri, Newars, Gurung, Magar, Limbu, Rai, Sunwar, dan Tamang. Mayoritas orang Nepal menganut agama Hindu dan masih mempraktikkan sistem Kasta, sehingga tidak semua suku memiliki derajat yang sama. Dari seluruh sub-suku tersebut, orang-orang Thakur menempati Kasta Ksatria dan merupakan keturunan darah biru. Sahi (pemimpin klan) menurunkan raja-raja Nepal, dan orang Thakur memiliki sifat pintar dan ahli dalam taktik militer, sehingga kelak banyak yang direkrut sebagai Gurkha oleh Inggris.
Gambaran Vasubandhu, pendeta Budha dari India yang mendirikan biara di Nepal pada abad ke-5 SM.Tetapi sub-suku lainnya sebenarnya juga tak kalah tangguh. Orang-orang Chetri, yang merupakan percampuran tipe Mongol dan Arya, juga dikenal sebagai pejuang yang tangguh sehingga direkrut sebagai Gurkha yang dipekerjakan oleh Kerajaan Nepal. Sementara Magar dan Gurung, yang d9minan ciri Mongolnya, merupakan sub suku mayoritas yang dipekerjakan oleh Gurkha India. Berbeda dengan anggapan orang yang menganggap Gurkha adalah pasukan haus darah, orang-orang Nepal ternyata berbanding 180 derajat dari anggapan tersebut. Seorang Nepal memiliki sikap yang independen, rasa penuh percaya diri, ceria, dan tak mau ikut campur urusan orang lain.
Kerajaan Nepal
Dokumen pertama yang menyebutkan mengenai Nepal adalah prasasti dari Kaisar Samudera Gupta yang terpahat di pilar istananya di Allahabad. Dalam prasasti tersebut, kerajaan Nepal bersama Katraputra dan Kamarupa disebut sebagai wilayah taklukan yang patuh dalam membayar upeti. Anehnya, dalam berbagai literatur klasik India tidak ditemukan sama sekali mengenai riwayat Kerajaan Nepal, padahal pegunungan Himalaya yang sering disebut dalam epik Mahabarata dan Ramayana tak mungkin dicapai jika tidak melalui Nepal.
Catatan singkat berikutnya didapat dari seorang pendeta Buddha bernama Vasubandhu, yang mengunjungi Nepal bersama 500 muridnya untuk mendirikan biara Buddha di Nepal pada 5 SM.
Para sejarawan mencapai konsensus bahwa orang-orang Mongol lah yang pertama kali menguasai Nepal, menduduki lembah Kathmandu pada masa abad 7-8 SM. Rajanya, Yalambar, disebut-sebut mengirimkan pasukannya dalam epik Mahabarata. Selanjutnya, giliran India menganeksasi Nepal, ditandai dengan berkuasanya dinasti Lichavi yang berkuasa dari tahun 330-600 M. Rajanya yang pertama adalah Manadeva. Dinasti Lichavi lah yang bertanggungjawab atas kekayaan budaya orang-orang Nepal, karena dinasti ini membawa serta pengaruh budaya India dan mengasimilasinya dengan budaya Nepal.
Koin dengan relief Kaisar Samudera Gupta dari Allahabad koleksi British Museum.
Dinasti Lichavi sendiri berakhir saat Raja Amsuvarman, yang merupakan menantu raja Lichavi terakhir, memulai pemerintahannya pada 602 M, menandai kekuasaan panjang orang-orang Thakur di Nepal. Dikenal sebagai raja yang bijak dan ingin belajar, Amsuvarman membawa modernisme ke tengah-tengah Nepal. Ia membangun aliansi yang kuat dengan tetangga-tetangganya, termasuk Tibet dimana ia menikahkan putrinya Bhrikuti dengan raja Tibet Songsten Gampo, dimana saat itu Tibet merupakan kerajaan dengan corak Buddha yang sangat kuat.
Semua ini bersumber dari catatan Huen Tsang, seorang petualan China yang mengunjungi Nepal dan India pada Abad 7 M. Dinasti Thakuri kemudian dilanjutkan oleh Dinasti Malla (1201-1768) yang dimulai oleh Raja Arideva. Dinasti Malla merupakan puncak kejayaan Nepal, dimana puluhan istana megah dibangun, dan berbagai karya seni serta upacara-upacara diciptakan.
Pada kekuasaan Dinasti Malla inilah kotaraja Kantipur, yang kelak menjadi Kathmandu, dibangun. Gurkhali juga dijadikan bahasa nasional Nepal pada saat pemerintahan Raja Jayasthiti Malla di akhir abad ke-14. Sayangnya, puncak kejayaan Nepal juga menjadi awal dari kemundurannya, karena pada akhir kekuasaan Dinasti Malla pada akhir abad ke-15, kekuasaan Nepal terpecah-pecah menjadi 22 kerajaan kecil yang ada di bawah tiga penguasa besar: Kathmandu, Bhaktapur, dan Patan pada tahun 1484.
Di bawah Dahl Prithvi
Carut-marut politik dalam negeri Nepal ini dicermati betul oleh Prithvi Narayan Shah, yang menggantikan ayahnya Raja Narah Bhupal Shah sebagai maharaja Goorkha, satu dari 22 kerajaan kecil pecahan Dinasti Malla. Ia melihat bahwa Raja Jaya Prakash Malla yang menguasai Kathmandu, Tej Narsingh Malla yang menguasai Patan, dan Ranjit Malla yang merajai Bhaktapur selalu sibuk berperang satu sama lainnya sehingga kondisi internal merekapun sebenarnya sangat lemah.
Prithvi Narayan Shah yang naik tahta pada 1743 merencanakan suatu perang kecil untuk merebut kerajaan-kerajaan kecil sampai akhirnya menguasai seluruh Nepal. Ini dimulai dengan kampanye penaklukan Nuwakot yang terletak antara Kathmandu dan Goorkha pada 1744.
Sebagai kerajaan kecil, Prithvi Narayan Shah tidak memiliki banyak harta untuk menyewa prajurit-prajurit bayaran dan terlatih dari wilayah lain.
Lukisan salah satu pertempuran antara pasukan Nepal di bawah Bahadur Shah melawan pasukan British East India Company/EIC.
Sebagai gantinya, ia percaya bahwa para pria yang hidup di perbukitan sekitar wilayahnya memiliki modal dasar untuk menjadi prajurit karena tubuhnya yang gempal dan berotot, serta vitalitas mereka yang luar biasa. Biarpun mereka mayoritas petani dan peternak tanpa pengalaman tempur, Prithvi yakin bahwa ia bisa mendirikan satu pasukan yang tangguh dan benar-benar setia hanya kepadanya.
Setelah merasa persiapannya cukup, Raja Prithvi melakukan blokade ke seluruh lembah, termasuk penaklukan atas Kuti Pass pada 1756 yang memutus jalur perdagangan dengan Tibet. Blokade ini secara otomatis memutus akses Nepal dengan dunia luar, memotong cumber dana perang yang diperlukan oleh raja-raja.
Setelah meyakini bahwa lawan-lawannya sudah lemah dari segi kekuatan militer dan finansial, Prithvi Narayan Shah memasuki lembah, memimpin ribuan prajurit-prajurit yang ia rekrut, latih, dan persenjatai: Goorkha. Pasukannya yang tak kenal takut itu menaklukkan Kirtipur, kota terpenting kedua setelah Kantipur. Terkepung dan terancam, Raja Jaya Prakash Malla meminta bantuan dari British East India Company (EIC). Buta peta kekuatan lawan, British EIC yang terlalu percaya diri hanya mengirimkan kontingen kecil dibawah Kapten Kinloch pada 1767. Tujuannya pun terlalu muluk: membantu Kathmandu sambil mener menempatkan residi sana, siapa tahu ada bisnis yang menguntungkan EIC.
Gambaran Prithvi Narayan Shah, raja yang berhasil menyatukan Nepal dalam satu kerajaan.
Di luar dugaan, pasukan Kapten Kinloch menghadapi Goorkha yang haus darah dan kenyang pengalaman tempur, dan tumpas di Sindhuli. Inilah tamparan keras pertama yang dialami Inggris, walau toh akhirnya Inggris tidak belajar jua. Sekali kalah, Inggris tak ambil pusing dan memilih menyerahkan Nepal sebagai urusan dalam negeri yang tak perlu dicampuri, tak menyadari kalau 40 tahun kemudian Inggris menuai bibit yang mereka semai: kembali berhadapan dengan Goorkha yang ingin memperluas wilayahnya.
Pada 25 September 1768, setelah menyingkirkan Inggris yang jadi penghalang terakhir, pasukan Goorkha dan Prithvi Narayan Shah memasuki Kantipur. Saat pasukannya bergerak menuju gerbang kota, rakyat sedang merayakan Festival Indrajatra. Satu singgasana diletakkan di halaman istana, dimana Prithvi Narayan Shah kemudian duduk dan dielu-elukan sebagai sang pembebas. Raja Jaya Prakash Mal-la yang dipecundangi lari ke Patan mencari perlindungan, namun toh Patan jatuh juga beberapa minggu kemudian. Jaya Prakash Malla dan Tej Narsingh Malla, dua raja yang kehilangan tahta, akhirnya lari ke Bhaktapur, namun ini tak membantu.
Bhaktapur diduduki beberapa bulan kemudian, dan ketiga raja terakhir Dinasti Malla ini dieksekusi. Prithvi Narayan Shah berhasil mempersatukan lembah Nepal di bawah kekuasaannya pada 1769, mencuatkan nama Goorkha menjadi satu Kerajaan yang sangat ditakuti. Ketika ia wafat pada 1771, ia meninggal- – kan warisan berupa Kerajaan yang besar dan pasukan Gurkha yang gagah berani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar